Rabu, 29 Maret 2017

Pria Peluk Mantan Di Pelaminan. Mantan Nangis Malah Peluk Lebih Erat. Mempelai Pria Bingung Akhirnya Begini Deh Jadinya...


Foto Ino mendatangi pesta pernikahan Winda pun langsung viral dan menjadi perbincangan. Dalam foto itu Ino tampak memeluk Winda yang berada di pelaminan.





"Bertahun-tahun pcaran, akhirnya dipersuntingf org lain...yg sabar Ino bukan jodoh....dan samawaki beb Winda,” tulis Aneverwin di akun facebooknya





Sontak, postingan foto tersebut mendapat banjir komentar. Bahkan banyak juga dari netizen yang memposting dan mengunggah ulang foto tersebut.



"Kredit mobil lima tahun, kamu akan dapat buku BPKB.
Nabung haji lima tahun, kamu bisa dapat buku visa dan paspor.
Pacaran setahun bahkan hingga lima tahun, nggak ada jaminan kamu dapat buku nikah." tulis akun S Gegge Mappangewa.





"kasihan masnya pacaran dah bertahun* tp gug nikah*" komentar Reni Pesek'e Ganonk



"Sedih sekali, jadi baper,pengen ikut nangis juga." imbuh Izmi Ziwe Zumi.





[harianviral]

Pria Peluk Mantan Di Pelaminan. Mantan Nangis Malah Peluk Lebih Erat. Mempelai Pria Bingung Akhirnya Begini Deh Jadinya...

BUZZID - Menjalin hubungan pacaran yang sangat lama tidak menjamin akan hidup selamanya. Inilah yang juga terjadi pada pria ini.


Kisah yang berakhir tragis memang selalu kerap mewarnai pemberitaan di negeri ini. Kebanyakan kisah tersebut terjadi akibat salah satu pihak memutuskan sepihak. Sehingga hati seorang yang ditinggalkan akan terasa teriris-iris.


Seperti kisah seorang laki-laki asal Sulawesi Selatan yang membuat para netizen ikut menangis mendengar kisahnya.

Dia merelakan wanita yang dicintainya tersebut untuk dipersunting pria lain. Ino, begitulah nama pria yang kini ramai diperbincangkan di media sosial.

Sabtu, 11 Maret 2017

BIOGRAFI USTAD JEFRY, MANTAN PECANDU YANG TOBAT DAN KINI MENJADI USTAD YANG TERKENAL

Ustadz ganteng ini laris diminta berdakwah. Perjalanan hidup Jeffry Al Buchori sungguh dahsyat. Penuh gejolak dan tikungan tajam. Proses pergulatan yang luar biasa ia alami sampai ia menemukan kehidupan yang tenang dan menenteramkan. Simak kisahnya yang sangat memikat mulai nomor ini.

Sebetulnya aku tidak ingin bercerita banyak tentang masa laluku. Maklum, masa laluku sangat kelam. Namun, setelah kupikir, siapa tahu perjalanan hidupku ini bisa menjadi pelajaran bagi orang lain. Baiklah, aku bersedia membagi pengalaman hidupku pada para pembaca. Insya Allah, ada gunanya.

Aku lahir dengan nama Jeffry Al Buchori Modal pada 12 April 1973 di Jakarta. Waktu aku lahir, keluargaku memang sudah menetap di Jakarta. Aku lahir sebagai anak tengah, maksudku anak ke-3 dari lima bersaudara. Tiga saudara kandungku laki-laki, dan si bungsu adalah perempuan. Layaknya bersaudara, hubungan kami berlima cukup dekat. Sekadar bertengkar, sih, wajar saja. Apalagi, jarak usia kami tidak berjauhan.

Apih (panggilan Jefri untuk ayahnya, Red.), M. Ismail Modal, adalah pria bertubuh tinggi besar asli Ambon, sedangkan Umi, begitu aku biasa memanggil ibu, Tatu Mulyana asli Banten. Apih mendidik kami berlima dengan sangat keras. Tapi, kalau tidak begitu, aku tidak akan merasakan manfaat seperti sekarang. Kalau kami sampai lupa salat atau mengaji, wah, jangan ditanya hukuman yang akan diberikan Apih. Dalam hal agama, Apih dan Umi memang mendidik kami secara ketat.

Namun, sebetulnya Umi adalah seorang ibu yang amat sabar dan lembut dalam menghadapi anak-anaknya. Apih pun orang yang selalu bersikap obyektif. Dia akan membela keluarganya mati-matian bila memang keluarganya yang benar. Sebaliknya dia tidak segan-segan menyalahkan kami bila memang berbuat salah.

Berada di lingkungan keluarga yang taat agama membuatku menyukai pelajaran agama. Sewaktu kelas 5 SD, aku pernah ikut kejuaraan MTQ sampai tingkat provinsi. Selain agama, pelajaran yang juga kusukai adalah kesenian. Entah mengapa, aku suka sekali tampil di depan orang banyak. Oh ya, setelah kenaikan kelas, dari kelas 3 aku langsung melompat ke kelas 5. Jadilah aku sekelas dengan kakakku yang kedua.

BERKEPRIBADIAN GANDA

Lulus SD, Apih memasukkanku dan kedua kakakku ke sebuah pesantren modern di Balaraja, Tangerang. Beliau ingin kami mendalami pelajaran agama. Rupanya tidak semua keinginannya bersambut, semua ini karena kenakalanku.

Orang bilang, anak tengah biasanya agak nakal. Aku tidak tahu ungkapan itu benar atau tidak. Yang jelas hal itu berlaku padaku. Sebagai anak tengah, aku sering membuat orang tua kesal. Di pesantren, aku sering berulah.

Salah satu kenalakanku, di saat yang lain salat, aku diam-diam tidur. Kenakalan lain, kabur dari pesantren untuk main atau nonton di bioskop adalah hal biasa. Sebagai hukumannya, kepalaku sering dibotaki. Tapi, tetap saja aku tak jera.

Tampaknya aku seperti punya kepribadian ganda, ya. Di satu sisi aku nakal, di sisi lain keinginan untuk melantunkan ayat-ayat suci begitu kuat. Tiap ada kegiatan keagamaan, aku selalu terlibat. Bersama kedua kakakku, aku juga pernah membuat drama tanpa naskah berjudul Kembali Ke Jalan Allah yang diperlombakan di pesantren. Ternyata karya kami itu dinilai sebagai drama terbaik se-pesantren.

Bahkan, aku juga juara lomba azan, lomba MTQ, dan qasidah. Akan tetapi, entah kenapa, aku juga tak pernah ketinggalan dalam kenakalan. Tinggal dalam lingkungan pesantren, kelakuan burukku bukannya berkurang, malah makin menjadi. Puncaknya, aku sudah bosan bersekolah di pesantren.

Akhirnya, hanya empat tahun aku di pesantren. Dua tahun sebelum menamatkan pelajaran, aku keluar. Lalu, Apih memasukkanku ke sekolah aliyah (setingkat SMA, Red.). Rupanya keluar dari pesantren tidak membuatku lebih baik. Aku yang mulai beranjak remaja justru jadi makin nakal.

KENAL DUNIA MALAM

Memang, sih, tiap ada acara keagamaan aku tak pernah ketinggalan. Namun, aku juga selalu mau bila ada teman mengajak ke kantin sekolah. Bukan untuk jajan, tapi memakai narkoba! Aku juga sering kabur dan pergi tanpa tujuan yang jelas. Ya, aku seperti burung lepas dari sangkar, terbang tak terkendali.

Masa SMA memang suram bagiku. Masa yang tak pernah lengkap. Maksudnya, aku tak punya teman sebaya. Kenapa? Ya, meski usiaku masih 15 tahun, aku bergaul dengan pemuda berusia 20 tahunan. Pacaran pun dengan yang lebih tua. Di sekolah ini aku hanya bertahan setahun. Pindah ke SMA lain, keseharianku tak jauh berbeda. Malah makin parah.

Dari perkenalan dengan beberapa teman, aku mengenal petualangan baru. Umur 16 tahun, aku mulai kenal dunia malam. Aku masuk sekolah hanya saat ujian. Buatku, yang penting lulus. Aku lebih suka mendatangi diskotek untuk menari. Terus terang, aku memang tertarik pada tarian di diskotek. Tiap ke sana, diam-diam aku selalu mempelajari gerakan orang-orang yang nge-dance. Lalu kutirukan.

Aku jadi seorang penari, bertualang dari satu diskotek ke diskotek lain, tenggelam dalam dunia malam. Saat ada lomba dance, aku mencoba ikut. Usahaku tak sia-sia. Beberapa kali aku berhasil memboyong piala ke rumah sebagai the best dancer. Selain itu, aku juga berhasil jadi penari di Dufan pada tahun 1990, meski hanya selama setahun. Sampai sekarang masih banyak temanku yang jadi penari di sana.

Aku juga pernah jadi foto model, bahkan ikut fashion show di diskotek. Mungkin waktu itu aku merasa sangat cakep, ya. Tapi menurutku, kegiatan-kegiatan itu masih positif, meski terkadang aku suka minum. Dengan segala kebengalanku, tahun 1990 aku berhasil lulus SMA.

MAIN SINETRON

Aku mengalami masa yang menurutku paling dahsyat setelah tamat SMA. Ceritanya salah seorang teman penari, memperkenalkanku pada Aditya Gumai yang saat itu aktif di dunia seni peran. Dari Aditya aku mengenal dunia akting. Waktu itu, kami masih latihan menari di Taman Ismail Marzuki. Saat latihan pindah ke Gedung Pemuda di Senayan, mulailah aku main sinetron. Mulanya aku hanya mengamati para pemain yang sedang syuting, sambil diam-diam belajar.

Aku memang suka mencuri ilmu. Waktu tidur di kos salah satu temanku di dekat kampus Institut Kesenian Jakarta, aku sering mencuri ilmu juga dari para mahasiswa. Kalau mereka sedang kuliah atau praktik, aku sering mengamati mereka.

Nah, ketika para pemain sinetron sedang latihan, terkadang aku menggantikan salah satunya. Ternyata aku ditertawakan. Karena pada dasarnya aku orang yang enggak suka diperlakukan seperti itu, aku malah jadi terpacu. Aku makin giat berlatih akting secara otodidak. Akhirnya, saat yang senior belum juga dapat giliran main, aku sudah mendapat peran. Aku diajak Aditya main sinetron. Waktu dikasting, aku berhasil mendapat peran.

Tahun 1990, aku main sinetron Pendekar Halilintar. Saat itu, sinetron masih dipandang sebelah mata oleh bintang film. Namun, Apih mati-matian menentangku. Kenapa? Rupanya Apih tahu persis seperti apa lingkungan dunia film. Dulu, beliau juga pernah main film action, antara lain Macan Terbang dan Pukulan Berantai. Dari beliaulah aku menuruni darah seni.

Ditentang Apih tak membuat langkahku surut. Mungkin jalan hidupku memang harus begini. Tak satu pun larangan Apih yang mampir ke otakku untuk kujadikan bahan pikiran. Nasihat Apih tak lagi kudengarkan. Tawaran untuk main sinetron yang berdatangan membuatku makin yakin, inilah yang kucari. Aku tak mau menuruti keinginan orang tua karena merasa diriku benar. Akhirnya konflik antara aku dan orang tuaku pecah.

Sebagai bentuk perlawananku pada orang tua, aku tak pernah pulang ke rumah. Tidur berpindah-pindah di rumah teman. Rambut juga kupanjangkan. Aku seperti tak punya orang tua. Bahkan, tak pernah terlintas dalam benakku bahwa suatu hari mereka akan pulang ke haribaan. Yang kupikirkan hanya kesenangan dan egoku semata.

Pada saat bersamaan, karierku di dunia seni peran terus melaju. Aku semakin mendapatkan keasyikan. Setelah itu, aku mendapat peran dalam sinetron drama Sayap Patah yang juga dibintangi Dien Novita, Ratu Tria, dan almarhum WD Mochtar.

Aku semakin merasa pilihanku tak salah setelah dinobatkan sebagai Pemeran Pria Terbaik dalam Sepekan Sinetron Remaja yang diadakan TVRI tahun 1991. Aku bangga bukan main, karena merasa menang dari orang tua. Kesombonganku makin menjadi. Aku makin merasa inilah yang terbaik buatku, ketimbang pilihan orangtuaku.

***

“DI KABAH, KUMINTA AMPUNAN ALLAH”

Tawaran main sinetron berdatangan menghampiri Jeffry. Seiring dengan itu, ia makin tenggelam dalam dunianya yang kelam.

Sejak kenal sinetron, aku makin menyukai dunia akting. Aku tak peduli meski Apih menentangku. Namun, belakangan aku paham, di balik etidaksetujuannya, sebetulnya orang menyimpan rasa bangga. Orang tua cerita, mereka sedang ke Tanah Suci membawa rombongan ibadah haji saat sinetron Sayap Patah yang kumainkan ditayangkan.

Ternyata, mereka nonton sinetronku. Komentar mereka membanggakanku. Mereka mengakui, ternyata aku bisa berprestasi. Setelah itu, aku mendapat berbagai tawaran main, antara lain sinetron Sebening Kasih, Opera Tiga Jaman, dan Kerinduan. Selain namaku makin mencuat, rezeki juga terus mengalir.

Namun, aku malah jadi lupa diri. Ketenaran tidak penting buatku. Yang penting menikmati hidup. Dunia malam terus kugeluti. Kalau ke diskotek, aku tak lupa mengonsumsi narkoba. Bahkan, untuk urusan yang satu ini, aku bisa dibilang tamak. Biasanya, aku meminum satu pil dulu. Kalau kurasa belum “on”, kuminum satu lagi. Begitu seterusnya.

Akhirnya, aku jadi sangat mabuk. Pandanganku pun jadi kabur. Mau melihat arloji di tangan saja, aku harus mendekatkannya ke wajahku, sambil menggoyang-goyangkan kepala dan membelalakkan mata supaya bisa melihat dengan lebih jelas. Parah, ya? Begitulah kebandelanku terus berlangsung.

KECANDUAN KIAN PARAH

Suatu hari di tahun 1992, Apih meninggal karena sakit. Aku menyesal bukan main karena selama ini selalu mengabaikan nasihat Apih. Menjelang kepergiannya, aku berdiri di samping tempat tidurnya di rumah sakit sambil menangis. Melihatku seperti itu, Apih mengatakan, laki-laki tak boleh menangis. Laki-laki pantang keluar air mata. Bayangkan, bahkan di saat-saat terakhirnya pun Apih tetap menunjukkan sikapnya yang penuh kasih padaku yang durhaka ini.

Sore itu aku dimintanya pulang ke rumah dan beliau memberiku ongkos. Aku menurut. Begitu aku pulang, Allah mengambilnya. Aku syok berat. Saat Apih dimakamkan, aku turun ke liang lahat dan memeluk jasadnya. Aku tak mau beranjak meski makam akan ditutup. Aku tak mau melepas kepergiannya. Aku menyesali perbuatanku. Selama Apih masih hidup, aku tak pernah mau mendengarkan ucapannya.

Sejak itu, Umi membesarkan kami berlima. Hidupku terus berjalan. Bukan ke arah yang baik, namun aku kembali ke masa seperti dulu. Penyesalan yang sebelumnya begitu menghantuiku karena ditinggal Apih, seolah lenyap. Kebandelanku bahkan makin menjadi sepeninggal Apih. Kesombonganku juga lebih besar dari sebelumnya karena merasa berprestasi dan punya uang banyak. Tak seorang pun kudengarkan lagi nasihatnya.

Ketika temanku menasihati, aku mencibir. Siapa dia sampai aku harus mendengarkan ucapannya? Ucapan orang tua saja tak kugubris. Aku tenggelam dalam duniaku sendiri dan jadi pecandu narkoba. Waktu itu, aku beralasan karena ada masalah di rumah. Padahal, sebetulnya alasan apa pun, termasuk broken home atau teman, tidak bisa dijadikan alasan. Diri sendirilah alasannya, karena bagaimana pun, kita lah yang menentukan semua yang terjadi pada diri kita.

Jadi, tidak perlu membawa-bawa orang lain atau keadaan. Namun, kesadaran seperti ini mana mungkin muncul pada diriku yang waktu itu sangat arogan? Aku makin jauh dari Tuhan. Padahal, sebelah rumahku ada masjid. Ketika orang berpuasa di bulan Ramadan pun, aku tetap melakukan kemaksiatan. Lalu, saat Lebaran tiba dan orang-orang sibuk bertakbir, aku malah sibuk mencari celah waktu dan tempat di mana aku bisa berbuat maksiat.

Semua ilmu agama yang pernah kupelajari dan kemampuan membaca Quran seperti hilang. Akal sehatku seperti hilang. Kecanduanku pada narkoba juga makin parah, bahkan sampai mengalami over dosis dan aku hampir mati. Kejahatan demi kejahatan moral terus kulakukan.

NAMA DICORET

Tak perlu aku menceritakan detail tentang kejahatan yang kulakukan. Yang jelas, suatu hari aku merasa menderita karena ketakutan setelah melakukan sebuah perbuatan. Aku benar-benar ketakutan! Aku jadi gampang curiga pada siapa saja. Aku selalu berburuk sangka pada apa pun. Kesombonganku pada uang dan prestasi lenyap digantikan ketakutan. Yang kulakukan setiap hari adalah berdiam diri di kamar, dengan selalu berpikiran bahwa setiap orang yang datang akan membunuhku. Aku sibuk mengintip dari bawah pintu, siapa tahu ada orang datang untuk membunuhku.

Telingaku jadi sangat sensitif. Aku sering merasa mendengar ada orang sedang berjalan di atap rumah ingin membunuhku. Aku tersiksa selama berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Orang-orang mengatakan, aku sudah gila.

Pada saat bersamaan, kecanduanku pada narkoba membuatku termasuk dalam daftar hitam dunia sinetron. Namaku dicoret. Tak ada lagi yang mau memakaiku sebagai pemain. Selain itu, cewek-cewek yang ada di dekatku juga menjauh. Dulu aku termasuk playboy.

Di saat aku sendiri, ada Umi yang selama ini sudah sangat sering kusakiti hatinya. Umi tetap menyayangiku dengan cintanya yang besar. Seburuk apa pun orang berkomentar tentang aku, hati Umi tetap baik dan sabar. Air matanya tak pernah kering untuk mendoakan anak-anaknya, terutama aku agar berubah jadi lebih baik.

Doa tulus Umi dikabulkan Allah. Sungguh luar biasa, Allah menunjukkan kebaikan-Nya padaku. Allah memberiku kesempatan untuk bertobat. Kesadaran ini muncul lewat suatu proses yang begitu mencekamku.

DIAJAK UMI UMRAH

Sungguh, aku merasa sangat ketakutan ketika suatu hari bermimpi melihat jasadku sendiri dalam kain kafan. Antara sadar dan tidak, aku terpana sambil bertanya pada diri sendiri. Benarkah itu jasadku? Aku juga disiksa habis-habisan. Begitulah, setiap tidur aku selalu bermimpi kejadian yang menyeramkan. Dalam tidur, yang kudapat hanya penderitaan. Aku jadi takut tidur. Aku takut mimpi-mimpi itu datang lagi.

Aku juga jadi takut mati. Padahal dulu aku sempat menantang maut. Meminta mati datang karena aku tak sanggup lagi bertahan saat ada masalah dengan seorang cewek. Sebetulnya sepele, kan? Tapi masalah itu kuberat-beratkan sendiri. Rasa takut mati itulah yang akhirnya membuatku sadar bahwa ada yang tidak meninggalkanku dalam keadaan seperti ini, yaitu Allah.

Aku teringat kembali pada-Nya dan menyesali semua perbuatanku selama ini. Pelan-pelan, keadaanku membaik. Kesadaran-kesadaran itu datang kembali. Aku menemui Umi, bersimpuh meminta maaf atas semua dosa yang kulakukan. Umi memang luar biasa. Betapa pun sudah kukecewakan demikian rupa, beliau tetap menyayangi dan memaafkanku. Umi lalu mengajakku berumrah.

Dengan kondisiku yang masih labil dan rapuh, kami berangkat ke Tanah Suci. Kali ini aku berniat sembuh dan kembali ke jalan Allah. Di sana, aku mengalami beberapa peristiwa yang membuatku sadar pada dosa-dosaku sebelumnya. Usai salat Jumat di Madinah, Umi mengajakku ke Raudhoh. Aku tak tahu apa itu Raudhoh, tapi kuikuti saja. Umi terus meminta ampunan pada Allah.

Aku lalu keluar, berjalan menuju makam Nabi Muhammad. Aku bersalawat. Begitu keluar dari pintu masjid, rasanya seperti ada yang menarikku. Aku mencoba berjalan sekuat tenaga, tapi tak bisa. Kekuatan itu rasanya sangat besar. Aku lalu bersandar pada tembok. Air mataku yang dulu tak pernah keluar, kini mengalir deras. Aku menyesali dosa-dosaku, dan berjanji tak akan melakukan lagi semua itu.

Bagai sebuah film yang sedang diputar, semua dosa yang pernah kulakukan terbayang jelas di pelupuk mataku silih berganti, mulai dari yang kecil sampai yang besar. Tiba-tiba dari mulutku keluar kalimat permintaan ampunan pada Allah. Di Mekkah, di hadapan Kabah, aku merapatkan badan pada dindingnya.

Aku bersandar, menengadahkan tangan memohon ampun karena terlalu banyak dosa yang kulakukan. Seandainya sepulang dari Tanah Suci ini melakukan dosa lagi, aku minta pada Allah untuk mencabut saja nyawaku. Namun, seandainya punya manfaat untuk orang lain, aku minta disembuhkan. Aku yang dulu angkuh, sekarang tak berdaya. Setelah pulang beribadah, aku membaik. Aku mencoba bertahan dalam kondisi bertobat itu, tapi ternyata sulit luar biasa.

*****

BIDADARI CANTIK JADI PEMBANGKIT HIDUP

Setelah berkali-kali jatuh-bangun, akhirnya Jeffry kembali dekat pada agama. Kasih sayang kekasih yang akhirnya menjadi istri ikut menjadi pembangkit semangatnya. Perjuangannya menjadi ustaz cukup berat sampai akhirnya ia sukses jadi penceramah. Sepulang umrah, aku mencoba hidup lurus. Namun, lagi-lagi aku tergoda. Suatu malam, aku dan teman-teman berencana nonton jazz di Ancol. Aku memperingatkan mereka untuk tidak bawa narkoba, karena
kami sudah sepakat untuk berhenti memakai. Ternyata, salah satu temanku masih saja membawa cimeng. Apesnya, kami dirazia polisi di depan Hailai.

Teman-temanku yang lain kabur. Tinggallah aku, temanku yang membawa cimeng, dan satu teman lain. Aku sulit kabur karena mobil yang kami pakai adalah mobilku. Akhirnya kami bertiga dibawa ke kantor polisi dan ditahan. Aku dilepas karena tak terbukti membawa. Kucoba telepon Umi untuk menjelaskan masalah ini, tapi Umi tak mau menerima teleponku.

Si penerima telepon malah diminta Umi untuk mengatakan, beliau tak anak bernama Jeffry. Hatiku tercabik-cabik. Pedih rasanya tak diakui sebagai anak oleh Umi. Kuakui, pastilah hati Umi sudah sedemikian sakitnya. Bayangkan, aku yang sebelumnya sudah mengaku bertobat, malah kembali memilih jalan yang salah. Meski aku sudah bersumpah demi Tuhan tidak memakai narkoba lagi, Umi tak percaya lagi. Itulah puncak kemarahan Umi Sungguh bersyukur, Allah masih berkenan menolongku. Datang seorang gadis cantik dalam hidupku. Ia mau menerimaku apa adanya. Sebelumnya, banyak gadis meninggalkanku sehingga aku merasa sebatang kara dalam cinta. Gadis bernama Pipik Dian Irawati ini seorang model sampul sebuah majalah remaja tahun 1995, asal Semarang.

CUEK SAAT PACARAN

(Berikut ini adalah penuturan Pipik: Aku pertama kali melihatnya sedang makan nasi goreng di Menteng sekitar tahun 1996 – 1997. Rambutnya gondrong. Waktu itu, aku bersama Gugun Gondrong. Setahuku, Jeffry adalah pemain sinetron Kerinduan, karena aku mengikuti ceritanya. Aku ingin berkenalan dengannya, tapi Gugun melarangku.

Tak tahunya, waktu buka puasa bersama di rumah Pontjo Sutowo, aku bertemu lagi dengannya. Rambutnya sudah dipotong pendek. Aku nekat berkenalan. Kami mulai dekat dan saling menelepon. Aku enggak tahu kapan kami resmi pacaran, karena enggak pernah “jadian”. Dia juga tak pernah menyatakan cinta. Waktu pacaran, dia cuek setengah mati.

Awalnya, semangatnya boleh juga. Pertama kami pergi bareng, dia datang ke rumah di Kebon Jeruk, di tengah hujan deras dari rumahnya di Mangga Dua. Jeffry naik taksi dengan memakai jins dan sepatu bot. Ia yang hanya bawa uang Rp 50 ribu, mengajakku nonton di Mal Taman Anggrek. Di dalam bioskop, kami seperti nonton sendiri-sendiri. Dia diam saja selama nonton.

Sejak itu, kami sering jalan bareng, karena kami memang hobi nonton dan makan. Semakin dekat dengannya, aku makin tahu ternyata dia pemakai narkoba kelas berat. Teman-temanku mulai bertanya, mengapa aku mau berpacaran dengannya. Aku sendiri tak tahu persis alasannya. Mungkin rasa sayang yang sudah terlanjur muncul dalam hati yang membuatku mau bertahan. Hatiku terenyuh dan tak mau meninggalkan dia sendiri.

Tentu saja keluargaku tak ada yang tahu, karena sengaja kusembunyikan. Mungkin mereka baru tahu sekarang, setelah membaca kisah hidupnya di berbagai media. Sementara itu, aku sibuk tur keluar kota sebagai model, sehingga kami sering tak ketemu. Akhirnya kami putus. Waktu akhirnya ketemu lagi, ternyata dia sudah punya pacar lagi. Karena masih sayang, aku sering membawakannya hadiah dan memberi perhatian. Setelah Jeffry putus dari pacarnya, kami kembali bersatu.)

JUALAN KUE

Pipik sangat berarti buatku. Dia mengerti, peduli dan perhatian padaku. Padahal, aku sempat hampir menikah dengan orang lain. Ternyata Allah sayang padaku. Allah menunjukkan, wanita yang nyaris kunikahi itu bukan untukku. Pipik bagai bidadari yang datang dengan cinta yang besar. Ia memberi keyakinan, menikah dengannya akan membawa perubahan besar dalam hidupku.

Aku mendatangi Umi dan minta izin untuk menikah. Luar biasa, Umi tetap menerimaku dengan segala kasih sayangnya. Sambil menangis, Umi mengizinkanku menikah. Aku sendiri terbilang nekat. Sebab, waktu itu aku tak punya-apa. Badan pun kurus kering, dengan mata belok, dan penyakit paranoid yang kuderita tak kunjung sembuh. Bahkan, pekerjaan pun aku tak punya.

Untuk menghindari maksiat, kami menikah di bawah tangan pada tahun 1999. Teman-temanku yang sekarang sudah meninggal karena over dosis, sempat menghadiri pernikahanku. Setelah itu, kami tinggal di rumah Umi. Sekitar 4 – 5 bulan setelah itu, kami menikah secara resmi di Semarang.

Namun, menikah rupanya tak cukup menghentikan kebandelanku. Istriku pun merasakan getahnya. Aku pernah memakai narkoba di depannya, dan menggunakan uangnya untuk membeli barang haram tersebut.

Kesulitan lain, aku dan Pipik sama-sama menganggur. Pernah kami mencoba berdagang kue. Malam hari kami menggoreng kacang, esok paginya bikin kue isi kacang dan susu. Lalu kami titipkan ke toko kue.

Tapi mungkin rezeki kami bukan di situ. Kue yang kami buat hanya laku beberapa buah. Dalam sehari kami hanya membawa pulang Rp 200 – 300. Akhirnya kami berhenti berjualan kue. Kehidupan kami selanjutnya kami jalani dengan penuh perjuangan sekaligus kesabaran.

MAKAN SEPIRING BERDUA

(Kesetiaan Pipik begitu luar biasa. Simak penuturannya berikut ini. Perasaan sayang yang sangat kuat membuatku mantap menikah dengannya. Aku tak peduli lagi meski dia pecandu, bahkan pernah mengalami over dosis dan hampir gila karena paranoidnya. Aku banyak mengalami hal-hal luar biasa dengannya. Kalau tidak sabar, mungkin aku sudah tidak bersamanya lagi.

Awal menikah, kami tinggal di rumah Umi. Meski hidup seadanya, beliaulah yang membiayai hidup kami. Aku dan Jeffry tak jarang makan sepiring berdua, karena memang benar-benar tak ada yang bisa dimakan. Berat rasanya jadi istri dari suami penganggur, apalagi setelah menikah aku tidak lagi bekerja.

Tapi aku yakin, Allah tidak mungkin memberikan cobaan pada umat-Nya melebihi kemampuannya. Aku yakin, pasti ada sesuatu yang akan diberikan Allah padaku. Beruntung, Umi sangat sayang padaku.

Aku sendiri tak jera memberi masukan padanya untuk mengubah hidup. Kami sama-sama saling belajar menerima kelebihan dan kekurangan satu sama lain. Pelan-pelan, hidupnya mulai berubah menjadi lebih baik, terutama setelah aku hamil. Mungkin dia sendiri sudah capek dengan kehidupannya yang seperti itu.)

HIDUP DI JALAN ALLAH

Pelan-pelan, aku kembali dekat pada agama. Perubahan besar terjadi dalam hidupku pada tahun 2000. Kala itu, Fathul Hayat, kakak keduaku yang setengah tahun silam meninggal karena kanker otak, memintaku menggantikannya memberi khotbah Jumat di Mangga Dua. Pada waktu bersamaan, dia diminta menjadi imam besar di Singapura.

Fathul memang seorang pendakwah. Selama dia di Singapura, semua jadwal ceramahnya diberikan padaku. Pertama kali ceramah, aku mendapat honor Rp 35 ribu. Uang dalam amplop itu kuserahkan pada Pipik. Kukatakan padanya, ini uang halal pertama yang bisa kuberikan padanya. Kami berpelukan sambil bertangisan.

Selanjutnya, kakakku memintaku untuk mulai menjadi ustaz. Inilah jalan hidup yang kemudian kupilih. Betapa indah hidup di jalan Allah. Aku mulai berceramah dan diundang ke acara seminar narkoba di berbagai tempat. Namun, perjuanganku tak semudah membalik telapak tangan. Tak semua orang mau mendengarkan ceramahku karena aku mantan pemakai narkoba. Tapi aku mencoba sabar.

Alhamdulillah, makin lama ceramahku makin bisa diterima banyak orang. Bahkan sekarang, aku banyak diundang untuk ceramah di mana-mana, termasuk di luar kota dan stasiun teve. Aku bersyukur bisa diterima semua kalangan. Aku pun ingin berdakwah untuk siapa saja. Aku ingin punya majelis taklim yang jemaahnya waria. Mereka, kan, juga punya hak untuk mendapatkan dakwah.

Kebahagiaan kami bertambah ketika tahun 2000 itu, lahir anak pertama kami, Adiba Kanza Az-Zahra. Dua tahun kemudian, anak kedua Mohammad Abidzan Algifari juga hadir di tengah kami. Mereka, juga istriku, adalah inspirasi dan kekuatan dakwahku. Kehidupan kami makin lengkap rasanya.

Sampai sekarang, aku masih terus berproses berusaha menjadi orang yang lebih baik. Semoga, kisahku ini bisa jadi bahan pertimbangan yang baik untuk menjalani hidup. Pesanku, cintailah Tuhan dan orangtuamu, serta pilihlah teman yang baik.

6 Pelajaran Hidup dari Umi Pipik Dian Irawati : Sang “Bidadari Surga” Inspirasi Muslimah


“ Kuinginkan dia yang punya setia yang mampu menjaga kemurniannya. Saat ku tak ada ku jauh darinya, amanah pun jadi penjaganya. Hadirmu tempat berlindungku dari kejahatan syahwatku. Tuhanku merestui itu, dijadikan engkau istriku Engkaulah bidadari surgaku…”

Itulah salah satu penggalan lirik lagu  “Bidadari Surga” yang dinyanyikan almarhum Ustad Jefri Al-Bukhari atau yang lebih akrab kita panggil Uje untuk sang istrinya, Umi Pipik.  Bukan hanya lagu gombalan semata, bukan pula sekedar lagu sebagai koleksi saja, lagu ini memang suatu curahan isi hati  seorang Uje untuk sosok yang sangat dicintainya tersebut. Setiap lirik  terasa tulus dan jujur sebagai rasa syukur Uje terhadap karunia Allah yang telah mengirimnya seorang bidadari.

Bukan hanya karena Umi Pipik adalah istrinya sehingga almarhum Uje begitu memujinya Umi Pipik sebagai sosok bidadari yang Allah kirim kepada beliau. Tapi memang karena di dalam diri Umi Pipik tertanam sifat-sifat positif yang bisa menjadi insprirasi dan teladan bagi kita semua. Dirangkum dan disarikan dari berbagai sumber, berikut inspirasi hidup Umi Pipik Dian Irawati :

Pertama, sosok istri setia dan menerima apa adanya

Kita semua pastinya sudah tidak asing lagi kan Sob tentang cerita hidup almarhum Uje sebelum menjadi seorang ustad yang dicintai banyak masyarakat. Narkoba, dunia malam, premanisme, hal buruk apa  lagi yang tidak dilakukannya pada masa lalu. Sebuah kehidupan yang sangat bertolak belakang dengan profesi seorang Ustad yang membesarkan  namanya.

Bukan hal itu hanya sebelum beliau bertemu dan menikah dengan Umi Pipik. Setelah menikah pun perbuatan negatif tersebut masih terus menjadi tabiat buruk Uje. Apa Umi Pipik kecewa dengan itu semua? Pernahkan Umi Pipik terfikir untuk meninggalan Uje dengan semua hobi negatifnya?

Tidak, bukan hanya sebatas itu saja cinta yang Umi Pipik punya untuk Uje. Umi Pipik menerima segala kelebihan dan kekurangan Uje. Bahkan Umi Pipik harus rela hasil beliau bekerja dijadikan almarhum untuk membeli narkoba.

Kenapa Umi Pipik melakukan hal tersebut? Karena Umi Pipik terlalu sayang pada suaminya, melihat almarhum tersiksa karena ketergantungannya terhadap narkoba, membuat Umi Pipik merasa tidak tega. Hingga pada akhirnya Umi Pipik sadar, jika memang ia menyayangi Uje maka membiarkan Uje terus larut dalam narkoba bukanlah jalan yang tepat.

Kedua, suami dalam titik terendah, sabar dan tulus

Dengan tekat membimbing dan merawat suaminya, Umi Pipik meninggalkan pekerjaannya agar bisa fokus menjaga suaminya dari pengaruh buruk narkoba. Setiap kali Uje merasa ketergantungannya kambuh, Umi Pipik memeluk Uje erat. Mengajak Uje untuk istighfar, dan berdoa. Sungguh , Umi Pipik adalah salah satu sosok isteri yang setia dan sabar. Tidak mudah menemukan wanita sesabar dan setulus beliau di zaman sekarang.

Berkat ketabahan dan kesabaran Umi Pipik mendampingi Uje dengan cinta dan ketulusanya, Uje akhirnya move on dari kehidupan tersebut dan bahkan berubah drastis dari seorang pemain maksiat menjadi pendakwah agama. Bukan pendakwah biasa, beliau dicintai, dihargai dan diteladani banyak masyarakat karena tuturnya yang lembut dan bahasanya yang santun dan mudah dicerna. Sungguh, benar orang bilang, dibalik kesuksesan seorang laki-laki, ada wanita hebat di belakangnya.

Ketiga, ujian silih berganti, menghadapi ujian setegar karang

Saat paling berat dalam kehidupan Umi Pipik adalah saat dimana sang imam harus pergi meninggalkan dunia terlebih dahulu. Sobat tentu ingat kan kejadian bebarapa tahun silam saat seluruh masyarakat Indonesia berduka atas kehilangan salah satu tokoh yang banyak sekali jadi panutan tersebut. Sebuah kecelakaan motor tunggal telah menjadi pintu sang Ustad kembali untuk memenuhi janjinya pada Sang Khalik.

Kita saja yang hanya menjadi pengagumnya melalui media televisi tak kuasa menahan sedihnya kehilangan, apalagi Umi Pipik yang merupakan teman sejiwanya almarhum, belahan jiwa yang telah Umi Pipik dampingi mengarungi hidup dari titik terbawah. Sosok suami, ayah dan imam dalam keluarganya kini harus pergi, selamanya.

Sakit, ya sakit. Hati wanita mana yang tidak akan lara dan terpukul atas kehilangan orang yang paling dicintainya dalam hidup. Hati wanita mana yang bisa berkata baik-baik saja atas musibah besar yang dihadapinya. Benar Umi Pipik sedih, benar Umi Pipik terpukul, benar Upi Pipik kehilangan, namun rasa cintanya Allah jauh lebih besar dibanding apapun di dunia. Umi Pipik selalu percaya bahwa semua adalah hal terbaik yang Allah berikan.

Daripada terus larut dalam kesedihan, Umi memilih fokus membesarkan keempat buah hatinya agar menjadi seorang yang berguna juga seperti almarhum abi mereka. Meski masih ada luka dihati, masih ada rindu menggebu, Umi Pipik berusaha untuk tidak memperlihakannya  kepada semua orang terutama anak-anak. Untuk membuat anak-anaknya tidak larut dan tetap ceria, maka Umi Pipik memulainya dari diri sendiri dulu.

“Kita semua akan menghadap Allah, sekarang waktunya Abi, suatu saat pasti dipertemukan kembali” begitu jawaban tegar Umi Pipik ketika kembali dari makam Uje  dalam sebuah kesempatan.

Namun ujian Allah terhadap Umi Pipik tidak berhenti sampai di situ saja, setelah kepergian sang suami, hubungannya dengan sang mertua memburuk.  Kabar perselisihan antara dua wanita yang paling dicintai almarhum Uje tersebut pun menjadi pembicaraan hangat dimana-mana.

Umi Pipik memilih mengambil sikap diam dan tidak banyak bicara meski berbagai fitnah dan anggapan negatif diarahkan padanya. Umi Pipik memilih berhusnuzhan dan tidak memperumit masalah.  Belum selesai masalah tersebut, rumah yang dihuninya bersama anak-anaknya kebakaran. Sungguh ujian datang bertubi-tubi untuk menguji imannya.

Keempat, ujian beruntun, bukan mengeluh tapi mensyukurinya

Bagaikan benar seorang bidadari, tidak sedikitpun keluh, dan marah yang terpancar dari raut wajah wanita berparas cantik tersebut terhadap semua tudingan miring dan anggapan negatif yang ditujukan padanya. Begitu pula terhadap kasus kebakaran rumah yang  ternyata pelakunya  adalah orang yang ditolongnya. Dalam setiap wawancara Umi Pipik bahkan selalu mensyukuri semua ujian yang Allah berikan karena dengan begitu beliau bisa memperkuat imannya dan terus memperbaiki diri menjadi lebih baik.

Kelima, tak pernah merasa sempurna, terus memperbaiki diri

Kesetiaan, kesabaran, dan ketegaran Umi Pipik dalam menghadapi hidup membuat banyak orang bersimpati dan bahkan terinspirasi dari kisahnya. Makin hari Umi Pipik semakin diidolakan dan dijadikan panutan bagi para wanita. Sosok Umi Pipik menjelma menjadi sosok istri dan ibu yang dijadikan inspirasi apalagi Umi Pipik terus melanjutkan usaha suaminya untuk mendakwahkan agama.

Saat ini di Indonesia, Umi Pipik dikenal sebagai salah satu ustazah yang banyak dikagumi dan dicintai masyarakat. Namun, bagaimanapun Umi Pipik enggan dipanggil ustazah. Dengan sikap rendah hati dan tawadu’nya, beliau selalu merasa belum menjadi sosok yang sempurna. Masih banyak hal yang harus diperbaiki dan ditingkatkannya dalam setiap kesempatan berdakwah. Umi Pipik selalu bilang bahwa beliau tidak sedang berceramah, karena merasa tidak cocok dengan itu. Umi Pipik hanya menyebutkan bahwa beliau hanya berbagi pengalaman. Sungguh sebuah sikap rendah hati yang luar biasa.

Keenam, sosok malaikat buat anak-anaknya

Kenapa anak-anak Umi Pipik dan Uje bisa melewati ujian terberat dalam hidup mereka? Karena mereka mempunyai bidadari cantik sekaligus malaikat di samping mereka. Umi Pipik mengajarkan anak-anaknya bagaimana menyikapi setiap ujian sebagai sebuah nikmat. Itulah yang selalu Umi tekankan pada anak-anaknya. Umi Pipik selalu mengajarkan anak-anaknya untuk selalu bersikap tegar karena masalah dalam hidup akan selalu ada silih berganti.

Janjinya pada almarhum suami untuk mengantarkan anak-anak menjadi orang-orang yang berguna membuat Umi memprioritaskan anak-anak diatas segalanya. Segala curahan kasih sayang an cinta ia berikan karena sekarang hanya Umi Pipiklah umi sekaligus abi buat anak-anaknya.

Sobat, raga kita mungkin lemah tapi hati kita bisa tetap kuat, setegar karang. Masalah di dalam hidup bukan melemahkan, namun masalah adalah latihan untuk kita merasa kuat dan siap jika masalah lain datang.  Seringkali kita mengeluh ketika ujian datang menimpa, padahal ujian tersebut adalah salah satu nikmat Allah yang dengannya kita berkesempatan dapat tingkatan yang lebih mulia. Tinggal kita memilih mengeluh atau tetap tabah dan mensyukurinya.

Semoga kita bisa menganmbil pelajaran dari kisah Umi Pipik ya Sob. Menjadi wanita hebat, bidadari untuk suami, dan malaikat untuk anak-anak. 

Kisah Cinta Sejati Ustaz Jefri Al-Buchori - Pipik Dian Irawati


Kisah cinta Ustaz Jefri Al-Buchori-Pipik Dian Irawati selalu menarik untuk diulas. Perjuangan mereka membina rumahtangga memberikan inspirasi bagi kita semua. Bahkan kisah tersebut diangkat menjadi cerita film 'Hijrah Cinta'. Bagaimana awal mula cinta mereka bersemi?

Pertemuan antara Ustaz Jefri Al-Buchori dengan Pipik Dian Irawati terjadi di Menteng, Jakarta Pusat, sekitar 1996-1997. Waktu itu Pipik sebagai model sedang bersama Gugun Gondrong. Rambut Uje gondrong saat itu. Pipik yang mengetahui Jefrri bintang sinetron Kerinduan, Ia meminta untuk berkenalan dengan Uje, tapi Gugun melarangnya.

Selang beberapa waktu, Pipik bertemu lagi dengan lelaki itu saat buka puasa bersama di rumah Pontjo Sutowo. Penampilan Uje terlihat lebih rapi karena sudah memotong rambutnya yang gondrong. Pipik akhirnya memberanikan diri untuk berkenalan. Akhirnya, mereka pun saling mengenal.

“Aku enggak tahu kapan kami resmi pacaran, karena enggak pernah ‘jadian’. Dia juga tak pernah menyatakan cinta. Waktu pacaran, dia cuek setengah mati,” cerita Pipik dengan sumringah beberapa waktu yang lalu kepada media.

Untuk menghindari maksiat, Uje dan Pipik menikah siri pada 7 September 1999. Teman-teman Uje yang sudah meninggal karena over dosis, sempat menghadiri pernikahan itu. Mereka tinggal di rumah Umi Tatu (ibunda Uje). Beberapa bulan kemudian, mereka menikah secara resmi di Semarang, Jawa Tengah.

Dari pernikahan itu Ustaz Jefrri Al-Buchori dan Pipik Dian Irawati dikaruniai empat anak, Adiba Khanza Az-Zahra, Mohammad Abidzar Al-Ghifari, dan Ayla Azuhro. Kehidupan rumah tangga mereka makin bahagia saat anak keempat mereka lahir. Mereka menyematkan nama Attaya Bilal Rizkillah.

Namun, kebahagiaan yang tengah dirasakan Pipik Dian Irawati terenggut saat Ustaz Jefri Al-Buchori meninggal dunia pada, Jumat, 26 April 2013. Jenazah Uje kemudian disalatkan di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Ribuan orang ikut menyalatkan jenazahnya. Dari Masjid Istiqlal, jenazah ustaz gaul itu lalu dibawa menuju ke tempat peristirahatan terakhir di TPU Karet Bivak, Tengsin, Jakarta.

Sumber : Bintang

Kamis, 09 Maret 2017

ASTAGHFIRULLAH.!! Video Nenek Disuruh Mengemis Cucunya dan Tiap Jam Ambil setoran

ZONAISLAMI - Netizen di Kota Semarang di hebohkan ketika muncul video seorang nenek yang mengemis dan diduga disuruh oleh cucunya. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi langsung merespons video yang viral di media sosial tersebut.




Foto: Nenek disuruh cucu mengemis (Instagram)

Video tersebut telah diposting oleh akun instagram @mbaklina_ dan diposting ulang beberapa akun di grup Facebook MIK SEMAR (Media Informasi Komunikasi Kota Semarang). Ada 4 video yang telah diposting @mbaklina_. Dalam caption video tersebut diberi keterangan bahwa lokasi mengemis berada di traffic light RSUP dr. Kariadi Semarang.

Akun tersebut telah menyebutkan bahwa setiap pukul 12.00 WIB nenek tersebut selalu memberikan setoran kepada pria yang diduga adalah cucunya. Setelah nenek istirahat 1 jam, kemudian dia kembali mengemis di jalanan.

Dalam 4 video yang diambil sembunyi-sembunyi itu terlihat seorang wanita renta dengan rambut sudah berwarna putih bercakap-cakap dengan seorang pria yang di duga cucunya. Pada video pertama nenek itu diminta turun ke jalan oleh pria berbaju merah.


Kemudian di video selanjutnya nenek tersebut seperti diperiksa 

oleh pria yang berkaos hitam dan bertopi. Pria itu juga membuka plastik biru yang dibawa si nenek tersebut.
Video : 


Video tersebut juga diposting akun instagram @lambe_turah dan kemudian diteruskan kepada akun Gubernur Jateng, @ganjar_pranowo dan Wali Kota Semarang, @hendrarprihadi. Keduanya langsung merespons dan meminta dinas sosial setempat bertindak.






"@p3mkotasmg @dinsoskotasmg mohon segera ditindak lanjuti dan laporkan -- suwun," kata @hendrarprihadi.

"Cek @dinsosjtg sgera," kata @ganjarpranowo.

Akun @lambe_turah juga memposting private message Ganjar yang menanyakan lokasi detail peristiwa itu. Ia juga memposting reaksi Hendrar Prihadi yang langsung mengontak Dinsos Kota Semarang. 
(rvk/try)

Sumber : Detik

AMPUUH..!! Bacalah Doa Ini Saat Bepergian, In Sha Allah Selamat dari Begal dan Gangguan Jin

ZONAISLAMI - Belakangan ini, berita aksi begal masih cukup marak dan membuat masyarakat resah. Selain mengajarkan bagaimana jika bertemu begal atau pelaku kriminal sejenisnya, Islam juga mengajarkan doa agar selamat dan dilindungi Allah ketika bepergian. 



Baik dari kejahatan fisik seperti begal maupun gangguan syetan dari golongan jin.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ قَالَ – يَعْنِى إِذَا خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ – بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ. يُقَالُ لَهُ كُفِيتَ وَوُقِيتَ. وَتَنَحَّى عَنْهُ الشَّيْطَانُ

Dari Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, 

“Barang siapa yang ketika keluar dari rumahnya membaca doa “Bismillahi tawakkaltu ‘alallah laa haula wa laa quwwata illaa billah” (Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tiada daya dan upaya kecuali dari Allah), maka dikatakan kepadanya: kamu telah tercukup dan terlindungi, dan syetan pun akan menjauh darinya.” (HR. Tirmidzi; hasan shahih. Hadits senada diriwayatkan juga oleh Abu Daud)

Ustadz Hasan Bishri dalam buku Dahsyatnya Kekuatan Basmalah menjelaskan bahwa doa ini merupakan perisai diri yang ampuh dari berbagai macam kejahatan yang ada. “Insya Allah (dengan membaca doa yang diajarkan Rasulullah ini) kita akan aman dari segala macam gangguan yang ada di luar rumah,” terangnya.

Jika doa tersebut dibawa sewaktu keluar rumah baik ketika hendak pergi kerja atau safar, maka khusus untuk safar yang jauh dan bukan rutinitas, Syaikh Said bin Ali Wafd Al-Qathani menghimpun doa-doa lain dalam Hisnul Muslim sebagai berikut:

Ketika menaiki kendaraan hendak pergi safar, membaca doa:

اَللَّهُ اَكْبَرُ اَللَّهُ اَكْبَرُ اَللَّهُ اَكْبَرُ سُبْحَانَ الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِى سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ اللَّهُمَّ أَنْتَ

الصَّاحِبُ فِى السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ فِى الأَهْلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِى الْمَالِ وَالأَهْلِ

“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Mahasuci Dzat yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami. Ya Allah… sesungguhnya kami memohon kepadaMu kebaikan, taqwa dan amal yang Engkau ridhai dalam perjalanan kami ini. Ya Allah, mudahkanlah segala urusan dalam perjalanan kami ini, pendekkanlah jarak dari jauhnya bepergian dan pengganti bagi keluarga yang kami tinggalkan. Ya Allah Engkau adalah teman dalam perjalanan dan wakil dalam keluarga. Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kesulitan dalam bepergian, pemandangan yang menyedihkan dan jeleknya kembali baik bagi harta maupun keluarga kami.” (HR. Muslim)

Ketika memasuki suatu wilayah, pulau atau negeri hendaklah berdoa:

اللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعِ وَمَا أَظْلَلْنَ وَرَبَّ الأَرَضِينِ السَّبْعِ وَمَا أَقْلَلْنَ وَرَبَّ الشَّيَاطِينِ وَمَا أَضْلَلْنَ وَرَبَّ الرِّيَاحِ وَمَا ذَرَيْنَ فَإِنَّا نَسْأَلُكَ خَيْرَ هَذِهِ الْقَرْيَةِ وَخَيْرَ أَهْلِهَا وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ أَهْلِهَا وَشَرِّ مَا فِيهَا

“Ya Allah Rabb pemilik tujuh lapis langit dan apa yang dinaunginya, Rabb tujuh lapis bumi dan apa yang dikandungnya, Rabb para syetan dan apa yang disesatkannya dan Rabb angin dan apa yang dihembuskannya, aku mohon kepadaMu kebaikan daerah ini, kebaikan penduduknya, serta kebaikan yang ada di dalamnya. Aku berlindung kepadaMu dari keburukan daerah ini, keburukan penduduknya serta keburukan yang ada di dalamnya.” (HR. Hakim, Ibnu Hikam dan Baihaqi; shahih)

Dan ketika singgah di sebuah tempat atau daerah tertentu hendaklah berdoa:

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhlukNya” (HR. Muslim)


Dalam Syarah Hisnul Muslim, Syaikh Majdi Abdul Wahhab Al Ahmad menjelaskan bahwa sebagaimana hadits Rasulullah, keutamaan doa ini adalah pembacanya mendapatkan perlindungan dari Allah sehingga ia tidak diganggu bahaya apapun hingga meninggalkan tempat tersebut. Wallahu a’lam bish shawab. 




Sumber : www.bersamadakwah.com