Sabtu, 10 Oktober 2015

Bekerja Banting Tulang Siang Malam Tapi Rezeki Masih Seret? Coba Koreksi 6 Hal Berikut Ini

Bekerja Banting Tulang Siang Malam Tapi Rezeki Masih Seret? Coba Koreksi 6 Hal Berikut Ini

Baca Juga

HIJABERSWORLD.COM---Salah satu bentuk kesenangan di dalam hidup adalah ketika mempunyai rezeki yang berlimpah. Rezeki yang banyak di mana kita bisa melakukan apapun yang diinginkan, membeli semua yang kita mau, terpenuhi semua kebutuhan dan bahkan bisa dengan leluasa melaksanakan berbagai ibadah seperti haji, umrah, sedekah dan sebagainya.

Namun, dalam kehidupan, kita menjumpai tidaklah semua orang yang diberikan harta lebih. Sebagian orang yang rezekinya sedikit percaya bahwa hal tersebut adalah takdir, jadi mereka tidak memperbaiki usaha dan diri mereka sehingga kehidupan mereka memang tidak berubah. Bukankah Allah sudah menegaskan dalam QS.Ar-Ra’d :11 bahwa sesungguhnya Allah tidak mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan mereka sendiri?

Memang Allah telah menetapkan takdir, tetapi takdir juga dipengaruhi oleh ikhtiar manusia. Selain itu, saat rezeki terasa begitu sulit, terkadang lidah kita tergelincir mengeluh bahkan hati kita khilaf sampai berfikir Allah berat sebelah pada seorang hamba.


Bekerja keras. Photo via Freepik


Jika rezeki kita seret, sebaiknya jangan hanya berpikir itu takdir dan tidak juga merasa Allah kurang memperhatikan kita. Alangkah baiknya kita koreksi diri dulu. Siapa tahu kita sendirilah yang menghalangi rezeki datang kepada kita. Coba teliti apakah hal-hal di bawah ini masih sering kita lakukan sehingga rezeki kita menjadi seret.

Pertama, masih melakukan perbuatan dosa
Bekerja mati-matian, siang malam, pagi dan petang tidak kenal lelah dan menolak untuk menyerah, tetapi  rezeki kita tetap saja seret. Apa hal pertama yang harus kitak koreksi? Coba muhasabah diri, apakah masih ada maksiat yang kita lakukan?

Apakah masih ada dosa-dosa yang kita lakukan dan peraturan agama mana yang kita langgar. Pergaulan dengan yang bukan muhrim, perkataan-perkataan yang berpotensi fitnah, adu domba, provokasi juga termasuk ke dalam maksiat Sob. Jika memang masih ada hal-hal buruk yang masih kita lakukan, maka tidak heran kalau Allah enggan untuk memberikan rezekinya.

“… dan seorang lelaki akan diharamkan baginya rezeki kerana dosa yang dibuatnya.” (Riwayat at-Tirmidzi)

Dalam salah satu firmannya Allah juga menerangkan, bahwa hanya pada hambanya yang beriman dan bertakwalah Allah memberikan rezeki yang berkah dan berlimpah.

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al -A’raf : 96)

Kedua, melalaikan kewajiban terhadap Allah
Tidaklah kita malu meminta hak kepada Allah sedang kita tidak memenuhi hakNya dengan melakukan kewajiban-kewajiban kita. Bukankah nikmat yang Allah berikan tidak akan pernah sebanding dengan apa yang kita lakukan.

Tak banyak yang Allah perintahkan kepada kita. Shalat misalnya, dari 24 jam waktu kita, kita hanya butuh tidak lebih dari satu jam untuk shalat secara keseluruhan. Tapi sudahkah kita memenuhinya? Sudahkah kita senantiasa menjadikan shalat sebagai rutinitas yang paling diutamakan. Jika belum maka bagaimana mungkin kita terus merengek minta rezeki berlimpah, sedang untuk shalat saja kita belum penuh.

Wahai anak Adam, sempatkanlah untuk menyembah-Ku maka Aku akan membuat hatimu kaya dan menutup kefakiranmu. Jika tidak melakukannya maka Aku akan penuhi tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak menutup kefakiranmu.” (Riwayat Ahmad, Tirmizi, Ibnu Majah dan al-Hakim dari Abu Hurairah r.a.)

Ketiga, lupa mendoakan kedua orang tua
Siapa raja dan ratumu di dunia? Ayah dan ibu kitalah jawabannya. Tiada makhluk lain yang harus kita muliakan melebihi beliau. Bisakah kita membalas segala jasanya? Tidak! Bahkan lautan permata dan gunung emas tak mampu kita jadikan upah lelah mereka menjaga dan membesarkan kita.

Apa kewajiban kita? Berbakti kepada keduanya. Salah satu cara berbakti yang paling tulus adalah melalui doa. Sobatku, betapa Allah memuliakan posisi orang tua, jika kita lupa mendoakan orang tua, maka bersiaplah, Allah akan memutus rezeki kita di dunia.

Siapa berbakti kepada ibu bapanya maka kebahagiaanlah buatnya dan Allah akan memanjangkan umurnya.” (Riwayat Abu Ya’ala, at-Tabrani, al-Asybahani dan al-Hakim). “Apabila hamba itu meninggalkan berdoa kepada kedua orang tuanya nescaya terputuslah rezeki (Allah ) daripadanya.” (Riwayat al-Hakim dan ad-Dailami)

Keempat, lupa bersyukur dan rajin mengeluh
Sejatinya, sedikit banyak harta yang kita punya tergantung dari bagaimana kita mensyukurinya serta  bagaimana orientasi kita di dalam hidup. Kita tentu sudah sama-sama sering mendengar, jika mau bersyukur maka lihatlah ke bawah.

Jika kita terus berkiblat pada gaya hidup seseorang yang hartanya lebih banyak maka tentu kita akan selalu merasa kurang. Mereka punya mobil mewah, kita hanya punya motor biasa. Mereka punya rumah gedung, kita hanya punya rumah sederhana. Dalam hal apapun kita hanya akan merasa kekurangan. Jika demikian apa yang akan terjadi? Mengeluh.

Kita hanya akan sibuk mengeluh sehingga lupa bahwa banyak hal yang seharusnya masih bisa kita syukuri. Coba lihat kehidupan mereka yang kurang beruntung dari kita. Sederhana saja, ketika kita makan di warteg misalnya jangan ingat orang yang makan di restoran Jepang yang mahal, tapi ingat bagaimana saudara kita di jalanan sana yang bahkan tidak punya apa-apa untuk di makan. Dengan begitu rasa syukur akan menyusup ke dalam jiwa.

Jika kita terus mengeluh dan tidak bersyukur, maka Allah akan menegur kita dengan cara membuat rezeki kita menjadi seret.

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim : 7)

Percayalah, dengan bersyukur maka kita akan selalu merasa cukup dan lebih bahagia, meski yang kita miliki tidak sebanyak yang mereka punya.

Kelima, tidak lagi bertawakal
Terkadang kita hanya ingat dan dekat dengan Allah saat kita benar-benar berada di titik terendah. Saat putus harapan tempat bergantung serta tiada lagi kawan tempat berlindung. Hidup sudah terkatung-katung. Setelah usaha habis kita lakukan, saat itu kita baru berpasrah diri pada Allah dengan bertawakkal.

Namun, ketika Allah sudah memberikan rezekinya, kita tiba-tiba menjadi besar kepala. Kita terlalu percaya diri  menganggap kalau semua yang kita dapatkan adalah hasil usaha kita. Selanjutnya malah kita lancang menerka-nerka rezeki yang kita dapatkan.

Padahal di dalam agama kita, setelah kita berusaha sebaik mungkin dan berdoa, maka kita serahkan hasilnya kepada Allah. Bagaimana kalau rasa tawakkal tersebut sudah hilang? Jangan heran kalau sewaktu-waktu rezeki kita kembali seret bahkan lebih buruk.

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (QS: Ath-Thalaq: 2-3)

Dalam salah satu riwayat, Rasululullah SAW juga bersabda :
Seandainya kamu bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, nescaya kamu diberi rezeki seperti burung diberi rezeki, ia pagi hari lapar dan petang hari telah kenyang.” (Riwayat Ahmad, at-Tirmizi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, al-Hakim dari Umar bin al-Khattab r.a.)

Keenam, malas bersedekah
Jika kita beranggapan bahwa bersedekah hanya amalan orang kaya saja, maka alangkah naifnya kita. Jika hanya orang kaya saja yang bersedekah maka semakin kaya lah si kaya dan semakin miskin pula si miskin.

Kenapa demikian? Mungkin kita sudah sama-sama pernah mendengar maupun membaca bahwa siapa yang bersedekah ikhlas di jalan Allah maka Allah akan menggantinya dengan rezeki yang berlipat ganda. Sebaliknya, jika enggan bersedekah, Allah akan menyempitkan rezeki bagi kita.

Nabi SAW bersabda kepada Zubair bin al-Awwam: “Hai Zubair, ketahuilah bahawa kunci rezeki hamba itu ditentang Arasy, yang dikirim oleh Allah azza wajalla kepada setiap hamba sekadar nafkahnya. Maka siapa yang membanyakkan pemberian kepada orang lain, niscaya Allah membanyakkan baginya. Dan siapa yang menyedikitkan, niscaya Allah menyedikitkan baginya.” (H.R. ad-Daruquthni dari Anas r.a)

***
Nah, Sobatku, itulah diantara penyebab kenapa rezeki kita masih seret. Bagaimana? Adakah di antara keenam hal di atas yang menghalangi rezeki kita? Atau malah semuanya?

Yuk kita berusaha menghindari sikap selalu mengeluh. Jika kita sudah bekerja sungguh-sungguh, dari pagi ke petang, dari petang ke subuh namun rezeki belum juga berubah. Mari bersama muhasabah diri. Temukan dan  koreksi apa yang salah.  Semoga kita termasuk pada orang-orang yang dilapangkan rezekinya ya Sob. Amin. []

Penulis : Yefra Desfita Ningsih

Related Posts

Bekerja Banting Tulang Siang Malam Tapi Rezeki Masih Seret? Coba Koreksi 6 Hal Berikut Ini
4/ 5
Oleh