Baca Juga
HIJABERSWORLD.COM----Kemanakah semua perasaan bermuara? Kenapa kita merasakan manisnya kebahagiaan dan kenapa kita merasakan pahitnya kesedihan? Kenapa kita merasakan damainya keimanan, kenapa kita merasakan takut, kenapa kita merasa gelisah? Kenapa kita mempunyai berbagai macam perasaan?
Sebab sebagai makhluk paling sempurna, Allah menempatkan sebongkah daging dalam diri kita. Sebongkah daging tempat bermuaranya berbagai perasaan, sebongkah daging yang padanyalah segala penilaian hakiki, sebongkah daging yang akan membentuk manusia menjadi manusia. Sebongkah daging itu adalah hati.
" Sesungguhnya di dalam diri manusia itu ada sebongkah daging. Jika daging itu baik, maka baiklah seluruh anggotanya. Jika sebongkah daging itu rosak dan kotor, maka kotor dan rusaklah seluruh anggota badannya. Dan daging yang dimaksudkan ini adalah hati."(Riwayat Bukhari dan Muslim)
Bukan rupa, harta atau tahta yang menjadi dasar penilaian manusia di dunia, melainkan hati. Di hatilah tertancap iman, di hatilah penentu baik atau buruknya seseorang. Hatilah yang menjadi pengendali perbuatan dan membentuk kepribadian manusia. Karena itu, maka hati seharusnya mendapatkan penjagaan paling utama dalam diri manusia.
“Sesungguhnya Allah swt itu tidak melihat kalian dari rupa dan harta-harta kalian, namun Allah swt melihat kalian dari hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)
Sekilas Tentang 3 Kondisi Hati Manusia
Pada dasarnya, manusia dapat mengalami tiga kondisi hati yaitu, Qalbun Salim, Qalbun Mayyit dan Qalbun Maridh.
Pertama, Qalbun Salim
Qalbun salim atau hati yang sehat merupakan kondisi hati yang benar-benar merasakan manisnya keimanan pada Allah. Segala tindak tanduknya hanya untuk Allah. Ingatannya setiap saat terpaut pada Allah. Kondisi ini ditandai dengan kuantitas dan kualitas ibadah pemilik hati tersebut yang begitu baik. Hati yang sehat akan sangat takut ketika ibadahnya terlewatkan apalagi melakukan dosa. Hati yang sehat akan bergetar, akan syahdu bila dibacakan ayat Al-Quran.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman (sempurna imannya) ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Allahlah mereka bertawakkal (berserah diri).” (QS. Al-Anfaal: 2)
Kedua, Qalbun Mayyit
Qalbun Mayyit merupakan istilah untuk hati yang telah mati. Ini merupakan kondisi hati yang benar-benar tidak lagi mempunyai iman. Sedikitpun tidak ada getaran iman di dalamnya. Hati yang mati bahkan tidak merasakan sedikitpun rasa takut saat jauh dari Allah, saat tidak menjalankan perintah Allah. Hati yang mati hanya diliputi oleh hawa nafsu dan tunduk padanya tanpa sedikitpun lagi mengingat Allah.
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?.” (QS. Al Jaatsiyah : 23)
Ketiga, Qalbun Maridh
Qalbun maridh yaitu istilah bagi hati yang sakit. Kondisi hati ini berada antara hati yang sehat, masih tahu Allah namun sudah hampir mati karena imanya tidak lagi bersungguh-sungguh. Kondisi hati yang sakit ini lah tampaknya yang paling banyak dialami manusia, baik disadari meskipun tidak.
Bahayakah tentu! Sebab jika tidak kita segera obati hati yang sakit ini, hati tersebut bisa benar-benar mati, tertutup, berkarat hingga tiada lagi sinarnya, tiada lagi gunanya, merugi pemiliknya. Celaka hidupnya, baik di dunia maupun akhirat. Berikut akan dibahas lebih lanjut tentang tanda-tanda hati yang sakit.
Tanda-Tanda Sakitnya Hati
Secara umum, ada tiga tanda hati yang tidak lagi sehat alias sakit. Tanda-tanda tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, Tidak Takut Berbuat Dosa
Tanda pertama hati yang sakit adalah tidak adanya kecemasan dan penyesalan saat melakukan dosa. Tidak seperti yang hatinya sehat yang begitu cemas meninggalkan dosa, kita yang sakit hatinya tidak sedikitpun merasa cemas seakan-akan tidak akan ada penghisaban di akhirat kelak.
Jika kita sudah tidak lagi peduli waktu shalat yang sudah masuk, aurat terbuka, kurang tertarik mengerjakan perintah Allah maka waspadalah, hati kita mungkin sudah diserang virus penghisap iman.
Jika tidak ada lagi rasa bersalah saat menyakiti seseorang, tidak ada ittikad meminta maaf, berkata dan berbuat menyakitkan maka mungkin hati kita sudah mempunyai gejala berpenyakit.
Kedua, Tidak Merasakan Lezatnya Ketaatan Karena Jauh Dari Allah
Ketaatan beribadah juga tidak akan terasa apabila hati sudah sakit. Tidak ada lagi rasa tenteram dan tenang saat melaksanakan shalat, sebab hati sudah tidak ikhlas. Tidak ada lagi ketergantungan dan kebutuhan untuk melaksanakan ibadah. Kalaupun ada mungkin hanya karena alasan tertentu bukan karena Allah. Tidak ada lagi getar di hati saat Al-Qur’an diperdengarkan sebab hati telah lupa bacaan Al-Quran tersebut adalah surat cinta Allah.
Hati yang sakit mulai jauh dari Allah sehingga jangankan mengerjakan segala sesuatu semata-mata karena Allah, menyertakan Allah saja sudah dirasa perlu. Hanya menurut fikiran, ego dan nafsu.
Ketiga, Enggan Belajar Agama Dan Memilih Beragama “Biasa-Biasa” Saja
Pernahkah kita merasa tidak perlu belajar agama? Merasa cukup dengan sedikit ilmu agama dan bahkan takut mempelajari agama lebih lanjut dengan alasan tidak mau beragama dengan ekstrim. Beragama yang biasa-biasa sajalah, begitu istilah yang kita dengar.
Astagfirullah Sobat, itu artinya kita pasrah dengan kurangnya ilmu agama, membiarkan diri bodoh dengan kebenaran, membiarkan diri tidak belajar lebih dalam. Bukankah itu artinya kita tidak terlalu mencintai agama kita? Seseorang yang mencintai sesuatu pasti ingin belajar segalanya tentang sesuatu tersebut.
Bagaimana mungkin kita bilang mencintai Islam, mencintai agama kita, mencintai kebenaran sedangkan kita tidak berusaha mempelajarinya. Bagaimana mungkin kita bilang mencintai agama sedang kita merasa puas dengan sedikit informasi yang kita dengar dari sedikit sumber.
Mempelajarinya terlalu dangkal?
Masihkah kecintaan kita terhadap agama masih utuh? Masihkah hati masih tulus mencintai agama? Jangan-jangan hati kita sudah rusak Sobatku. Orang yang membiarkan dirinya bodoh dan tidak mau menggali ilmu bukankah ada yang salah dengan hatinya. Astagfirullah, semoga kita tidak ya Sob.
Keempat, Jarang Membaca Atau Mendengarkan Ayat Al-Qur’an
Secara jelas Allah telah berfirman, salah satu ciri hati yang beriman adalah bergetar hatinya mendengarkan ayat Al-Qur’an. Ayat Al-Qur’an sungguh luar biasa, bahkan juga bisa menawar rasa sakit. Bagaimana jika telinga malah tidak suka mendengarkan bacaan Al-Qur’an? Bagaimana jika Al-Qur’an dibiarkan berdebu tanpa dibaca. Sungguh sudah berkurang iman di dalam dada kita Sob.
Serajin apapun kita shalat, puasa, dan ibadah lainnya, namun tidak pernah membaca Al-Qur’an, sungguh betapa diragukannya keimanan kita sebab pada Al-Qur’anlah segala peraturan hidup di dunia itu dituliskan. Wallahu alam.
Itulah 4 tanda utama hati yang sedang sakit. Terkadang mungkin kita tidak menyadarinya sehingga kita masih berfikir hati masih baik-baik saja padahal hati sedang menuju mati. Semoga kita segera bisa menyadari jika gejala hati yang sakit sudah muncul dan segera memperbaikinya untuk mencegah hati menjadi mati dan kembali agar hati menjadi sehat. Yuk, jaga hati kita tetap hidup. [HW/Yefra Desfita Ningsih]
Hati sakit perlu diobati agar tidak semakin sakit. Photo via mycalling.org
Sebab sebagai makhluk paling sempurna, Allah menempatkan sebongkah daging dalam diri kita. Sebongkah daging tempat bermuaranya berbagai perasaan, sebongkah daging yang padanyalah segala penilaian hakiki, sebongkah daging yang akan membentuk manusia menjadi manusia. Sebongkah daging itu adalah hati.
" Sesungguhnya di dalam diri manusia itu ada sebongkah daging. Jika daging itu baik, maka baiklah seluruh anggotanya. Jika sebongkah daging itu rosak dan kotor, maka kotor dan rusaklah seluruh anggota badannya. Dan daging yang dimaksudkan ini adalah hati."(Riwayat Bukhari dan Muslim)
Bukan rupa, harta atau tahta yang menjadi dasar penilaian manusia di dunia, melainkan hati. Di hatilah tertancap iman, di hatilah penentu baik atau buruknya seseorang. Hatilah yang menjadi pengendali perbuatan dan membentuk kepribadian manusia. Karena itu, maka hati seharusnya mendapatkan penjagaan paling utama dalam diri manusia.
“Sesungguhnya Allah swt itu tidak melihat kalian dari rupa dan harta-harta kalian, namun Allah swt melihat kalian dari hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)
Sekilas Tentang 3 Kondisi Hati Manusia
Pada dasarnya, manusia dapat mengalami tiga kondisi hati yaitu, Qalbun Salim, Qalbun Mayyit dan Qalbun Maridh.
Pertama, Qalbun Salim
Qalbun salim atau hati yang sehat merupakan kondisi hati yang benar-benar merasakan manisnya keimanan pada Allah. Segala tindak tanduknya hanya untuk Allah. Ingatannya setiap saat terpaut pada Allah. Kondisi ini ditandai dengan kuantitas dan kualitas ibadah pemilik hati tersebut yang begitu baik. Hati yang sehat akan sangat takut ketika ibadahnya terlewatkan apalagi melakukan dosa. Hati yang sehat akan bergetar, akan syahdu bila dibacakan ayat Al-Quran.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman (sempurna imannya) ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Allahlah mereka bertawakkal (berserah diri).” (QS. Al-Anfaal: 2)
Kedua, Qalbun Mayyit
Qalbun Mayyit merupakan istilah untuk hati yang telah mati. Ini merupakan kondisi hati yang benar-benar tidak lagi mempunyai iman. Sedikitpun tidak ada getaran iman di dalamnya. Hati yang mati bahkan tidak merasakan sedikitpun rasa takut saat jauh dari Allah, saat tidak menjalankan perintah Allah. Hati yang mati hanya diliputi oleh hawa nafsu dan tunduk padanya tanpa sedikitpun lagi mengingat Allah.
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?.” (QS. Al Jaatsiyah : 23)
Ketiga, Qalbun Maridh
Qalbun maridh yaitu istilah bagi hati yang sakit. Kondisi hati ini berada antara hati yang sehat, masih tahu Allah namun sudah hampir mati karena imanya tidak lagi bersungguh-sungguh. Kondisi hati yang sakit ini lah tampaknya yang paling banyak dialami manusia, baik disadari meskipun tidak.
Bahayakah tentu! Sebab jika tidak kita segera obati hati yang sakit ini, hati tersebut bisa benar-benar mati, tertutup, berkarat hingga tiada lagi sinarnya, tiada lagi gunanya, merugi pemiliknya. Celaka hidupnya, baik di dunia maupun akhirat. Berikut akan dibahas lebih lanjut tentang tanda-tanda hati yang sakit.
Tanda-Tanda Sakitnya Hati
Secara umum, ada tiga tanda hati yang tidak lagi sehat alias sakit. Tanda-tanda tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, Tidak Takut Berbuat Dosa
Tanda pertama hati yang sakit adalah tidak adanya kecemasan dan penyesalan saat melakukan dosa. Tidak seperti yang hatinya sehat yang begitu cemas meninggalkan dosa, kita yang sakit hatinya tidak sedikitpun merasa cemas seakan-akan tidak akan ada penghisaban di akhirat kelak.
Jika kita sudah tidak lagi peduli waktu shalat yang sudah masuk, aurat terbuka, kurang tertarik mengerjakan perintah Allah maka waspadalah, hati kita mungkin sudah diserang virus penghisap iman.
Jika tidak ada lagi rasa bersalah saat menyakiti seseorang, tidak ada ittikad meminta maaf, berkata dan berbuat menyakitkan maka mungkin hati kita sudah mempunyai gejala berpenyakit.
Kedua, Tidak Merasakan Lezatnya Ketaatan Karena Jauh Dari Allah
Ketaatan beribadah juga tidak akan terasa apabila hati sudah sakit. Tidak ada lagi rasa tenteram dan tenang saat melaksanakan shalat, sebab hati sudah tidak ikhlas. Tidak ada lagi ketergantungan dan kebutuhan untuk melaksanakan ibadah. Kalaupun ada mungkin hanya karena alasan tertentu bukan karena Allah. Tidak ada lagi getar di hati saat Al-Qur’an diperdengarkan sebab hati telah lupa bacaan Al-Quran tersebut adalah surat cinta Allah.
Hati yang sakit mulai jauh dari Allah sehingga jangankan mengerjakan segala sesuatu semata-mata karena Allah, menyertakan Allah saja sudah dirasa perlu. Hanya menurut fikiran, ego dan nafsu.
Ketiga, Enggan Belajar Agama Dan Memilih Beragama “Biasa-Biasa” Saja
Pernahkah kita merasa tidak perlu belajar agama? Merasa cukup dengan sedikit ilmu agama dan bahkan takut mempelajari agama lebih lanjut dengan alasan tidak mau beragama dengan ekstrim. Beragama yang biasa-biasa sajalah, begitu istilah yang kita dengar.
Astagfirullah Sobat, itu artinya kita pasrah dengan kurangnya ilmu agama, membiarkan diri bodoh dengan kebenaran, membiarkan diri tidak belajar lebih dalam. Bukankah itu artinya kita tidak terlalu mencintai agama kita? Seseorang yang mencintai sesuatu pasti ingin belajar segalanya tentang sesuatu tersebut.
Bagaimana mungkin kita bilang mencintai Islam, mencintai agama kita, mencintai kebenaran sedangkan kita tidak berusaha mempelajarinya. Bagaimana mungkin kita bilang mencintai agama sedang kita merasa puas dengan sedikit informasi yang kita dengar dari sedikit sumber.
Mempelajarinya terlalu dangkal?
Masihkah kecintaan kita terhadap agama masih utuh? Masihkah hati masih tulus mencintai agama? Jangan-jangan hati kita sudah rusak Sobatku. Orang yang membiarkan dirinya bodoh dan tidak mau menggali ilmu bukankah ada yang salah dengan hatinya. Astagfirullah, semoga kita tidak ya Sob.
Keempat, Jarang Membaca Atau Mendengarkan Ayat Al-Qur’an
Secara jelas Allah telah berfirman, salah satu ciri hati yang beriman adalah bergetar hatinya mendengarkan ayat Al-Qur’an. Ayat Al-Qur’an sungguh luar biasa, bahkan juga bisa menawar rasa sakit. Bagaimana jika telinga malah tidak suka mendengarkan bacaan Al-Qur’an? Bagaimana jika Al-Qur’an dibiarkan berdebu tanpa dibaca. Sungguh sudah berkurang iman di dalam dada kita Sob.
Serajin apapun kita shalat, puasa, dan ibadah lainnya, namun tidak pernah membaca Al-Qur’an, sungguh betapa diragukannya keimanan kita sebab pada Al-Qur’anlah segala peraturan hidup di dunia itu dituliskan. Wallahu alam.
Itulah 4 tanda utama hati yang sedang sakit. Terkadang mungkin kita tidak menyadarinya sehingga kita masih berfikir hati masih baik-baik saja padahal hati sedang menuju mati. Semoga kita segera bisa menyadari jika gejala hati yang sakit sudah muncul dan segera memperbaikinya untuk mencegah hati menjadi mati dan kembali agar hati menjadi sehat. Yuk, jaga hati kita tetap hidup. [HW/Yefra Desfita Ningsih]
Ketahuilah 4 Pertanda Ini Berarti Hatimu Telah Sakit, Akan Mati Bila Tak Segera Diobati
4/
5
Oleh
Editor