Baca Juga
HIJABERSWORLD.COM---Keyakinan memang sesuatu yang tertancap secara kuat di dalam sanubari. Dalam perjalanannya, iman manusia terkadang naik turun. Penyebab iman yang bergelombang bisa persoalan hidup, pergaulan dan juga dipengaruhi oleh lingkungan. Tinggal di lingkungan muslim, nuansanya masih religius dan islami. Saat diri terlena, secara tidak langsung ada reminder. Azan masih terdengar, melihat orang berbaju muslim, pamflet ceramah agama bertebaran dan sebagainya.
Namun, berbeda bila tinggal di lingkungan yang mayoritas non muslim di mana kegiatan Islam tidak menonjol bahkan jarang terlihat. Kalau ingatan dan jiwa tidak kuat pada cahaya Ilahi, bisa-bisa lingkungan dan kesibukan sehari-hari membuat iman semakin melemah. Apalagi dikelilingi oleh teman pergaulan yang berbeda agama dan kurang memberikan dukungan. Sedikit-sedikit berkurang keinginan ibadah dan akhirnya terbiasa meninggalkannya. Sudah tidak lagi khawatir meninggalkan kewajiban. Bahaya karena akan semakin terlena, jauh dari tempat yang dirindu yaitu surga.
Jika di lingkungan muslim kita masih dituntut menjaga ibadah, di lingkungan non muslim tentu harus lebih ekstra menjaga keimanan dan ibadah. Bagi Sobat yang merantau ke kota yang jauh dari nuasa Islam baik dalam rangka mencari rezeki maupun menimba ilmu, berikut beberapa hal yang harus diperhatikan agar tidak mengalami penurunan dalam intensitas ibadah dan rasa religiusitas :
1. Jangan Terlalu Jauh Tinggal Dari Mesjid
Terlalu jauh tinggal dari kawasan muslim sedikit riskan karena telinga sudah tidak lagi terasupi kalimat azan. Jarang melihat orang pergi shalat. Jika hati masih sehat, pasti ada bedanya antara tinggal di daerah yang berdiri mesjid dengan area yang tidak ada mesjid sama sekali.
Meskipun Islam menjadi minoritas dalam sebuah kota atau negara, pasti tetap ada daerah yang dihuni oleh keluarga Muslim. Biasanya di lingkungan sekitar masjid pasti ada beberapa pemeluk Islam. Jika memungkinkan carilah kost dan rumah kontrakan yang dekat dengan lingkungan Muslim agar Sobat tetap merasa berada di kampung halaman di mana nuansa Islam kuat terasa.
Biasanya di lingkungan masjid juga terdapat para pedagang yang menjual makanan dan perlengkapan muslim. Hal ini tentu menguntungkan dan membantu dalam menjaga kehalalan makanan yang akan masuk ke dalam tubuh. Di daerah non muslim tentu harus lebih selektif memilih makanan karena makanan halal tidak pasaran. Sebaliknya, makanan dan minuman haram mungkin bertebaran di mana-mana.
2. Miliki Sahabat Dekat Saudara Seiman
Sebagaimana petuah bijak pernah mengatakan bahwa kita adalah dengan siapa dengan berkawan. Bergaul dengan teman-teman non muslim tidak masalah asal tidak menganggu akidah dan merusak pada keyakinan pada agama. Selain, harus menjaga adab bergaul dengan non muslim, sebaiknya hanya berurusan dengan persoalan kuliah dan kerja saja. Tidak masuk dalam wilayah agama seperti berdebat hebat dan diskusi antar agama. Terlebih kalau ilmu agama Sobat masih dangkal. Bisa-bisa malah goyah.
Namun, akan lebih baik kalau Sobat berhasil menemukan seorang sahabat dekat sesama muslim. Selain sahabat dari Indonesia, mungkin ada sahabat muslim dari negara timur tengah, turki, pakistan, malaysia dan lainnya. Hal yang menjadi catatan adalah sahabat dekat tersebut adalah pribadi yang punya semangat menjalankan ajaran Islam. Selalu terdorong untuk meningkatkan diri sebagai seorang pemeluk Islam.
Bukan sahabat muslim yang perilakunya tidak mencerminkan akhlak dan akidah seorang muslim. Seperti itu bukannya memberikan inspirasi dan reminder tapi sebaliknya. Iman yang lemah bertemu dengan iman yang lemah akan semakin parah keadaannya.
3. Buat Alarm Jadwal Shalat 5 Waktu
Kalau tidak memungkinkan tinggal di lingkungan yang dekat dengan masjid, buatlah suana religius sendiri. Misalnya membuat alarm pengingat waktu shalat dengan nada azan. Dengan demikian, setiap jam shalat akan terus mendapatkan reminder shalat dengan suara azan di smartphone.
Tempelkan juga jadwal shalat di kamar sehingga setiap akan tidur dan bangun selalu melihatnya. Ini akan menjadi kebiasaan yang positif. Bagaimanapun, manusia seperti apapun merasa tinggi imannya tetaplah manusia yang punya kelemahan. Indra yang dimiliki kadang tidak dapat difungsikan secara maksimal karena dipengaruhi oleh nafsu dan masalah dunia. Cara ini memang kelihatan sepele tapi jangan takabur. Langkah yang dianggap simpel dan tidak berguna dampaknya bisa saja besar.
4. Temukan Tempat Untuk Ibadah
Jika mengikuti kuliah di universitas di luar negeri yang umumnya kurang mendukung persoalan ibadah, melakukan shalat lima waktu di kampus mungkin sedikit kelabakan. Mesjid yang jauh dari lokasi dan juga tidak ada ruangan shalat khusus. Apakah harus menyerah dan pasrah dengan keadaan yang tidak berpihak untuk menjaga ketaatan tersebut?
Kalau memungkinkan, usahakanlah mencari tempat yang sepi dan nyaman untuk melakukan shalat beberapa saat. Dalam proses kuliah tatap muka, mungkin bisa izin sebentar. Begitu juga, kalau bekerja di perusahaan atau lembaga yang mana stafnya tidak ada seorang muslim. Pasti kantor tidak didukung oleh tempat ibadah. Jadi, pandai-pandailah bagaimana membangun iklim yang mendukung.
5. Tetap Kasih Makan Rohani
Bekerja mungkin dari pagi sampai sore. Mulai matahari terbit sudah siap-siap dan sampai di rumah saat matahari terbenam. Mungkin kuliah juga kurang lebih begitu keadaan waktunya. Sama seperti perut yang lapar dan butuh dikasih makan. Rohani juga membutuhkan nutrisi, kalau tidak akan sakit. Bentuk rohani yang sakit adalah mati rasa, jauh dari hidayah dan tidak takut meninggalkan ibadah.
Berhubung tinggal di daerah yang minoritas penduduk muslim, mungkin event Islam juga sangat minim. Akan tetapi, hal tersebut bukan halangan untuk menjaga kesehatan jiwa dan memberi makan rohani. Sekarang sudah modern, semua informasi tersedia cuma-cuma secara online. Sobat dapat mengikuti tausiah dan ceramah online dari pemuka agama. Mendownload via youtube akan lebih baik sehingga akan lebih mudah menangkap dibanding suara atau membaca.
6. Ikutlah Komunitas Muslim
Selain menemukan sahabat dekat sesama muslim, lengkapi silaturahmi dengan cara bergabung dalam sebuah komunitas yang diisi oleh orang Islam. Jalinlah persahabatan melalui komunitas muslim di daerah tersebut. Kalau punya teman satu kampung atau satu negara tentu sedikit melegakan. Berbeda kalau sendirian. Riskan kalau sama sekali tidak terhubung dengan organisasi keIslaman.
Sekarang sudah banyak komunitas muslim yang go online baik nasional maupun international. Pilihlah satu atau beberapa. Kemudian temukan sahabat berbagi dan inspirasi dalam menjaga ibadah. Di banding komunitas online, komunitas offline sebaiknya diutamakan. Lebih nyata dan bisa bertatap muka. Merencanakan sebuah acara amal, ceramah, tadarus dan lainnya. Di samping itu, juga tidak ada salahnya memiliki komunitas dan acara amal untuk mengasah kepekaan sosial.
Pengaruh lingkungan kepada kepribadian seseorang tidak dapat dipungkiri. Tentu juga berlaku dalam hal keimanan. Jangan biarkan lingkungan yang kurang bersahabat melemahkan iman dan ibadah. Jangan sampai kesempatan menuntut ilmu dan bekerja di negeri non muslim malah tidak berkah karena penurunan kedekatan dengan Pemilik Kehidupan. [ HW / Fitzel ]
Namun, berbeda bila tinggal di lingkungan yang mayoritas non muslim di mana kegiatan Islam tidak menonjol bahkan jarang terlihat. Kalau ingatan dan jiwa tidak kuat pada cahaya Ilahi, bisa-bisa lingkungan dan kesibukan sehari-hari membuat iman semakin melemah. Apalagi dikelilingi oleh teman pergaulan yang berbeda agama dan kurang memberikan dukungan. Sedikit-sedikit berkurang keinginan ibadah dan akhirnya terbiasa meninggalkannya. Sudah tidak lagi khawatir meninggalkan kewajiban. Bahaya karena akan semakin terlena, jauh dari tempat yang dirindu yaitu surga.
Muslimah sedang mengaji. Photo via instagram/aimeeananda
Jika di lingkungan muslim kita masih dituntut menjaga ibadah, di lingkungan non muslim tentu harus lebih ekstra menjaga keimanan dan ibadah. Bagi Sobat yang merantau ke kota yang jauh dari nuasa Islam baik dalam rangka mencari rezeki maupun menimba ilmu, berikut beberapa hal yang harus diperhatikan agar tidak mengalami penurunan dalam intensitas ibadah dan rasa religiusitas :
1. Jangan Terlalu Jauh Tinggal Dari Mesjid
Terlalu jauh tinggal dari kawasan muslim sedikit riskan karena telinga sudah tidak lagi terasupi kalimat azan. Jarang melihat orang pergi shalat. Jika hati masih sehat, pasti ada bedanya antara tinggal di daerah yang berdiri mesjid dengan area yang tidak ada mesjid sama sekali.
Meskipun Islam menjadi minoritas dalam sebuah kota atau negara, pasti tetap ada daerah yang dihuni oleh keluarga Muslim. Biasanya di lingkungan sekitar masjid pasti ada beberapa pemeluk Islam. Jika memungkinkan carilah kost dan rumah kontrakan yang dekat dengan lingkungan Muslim agar Sobat tetap merasa berada di kampung halaman di mana nuansa Islam kuat terasa.
Biasanya di lingkungan masjid juga terdapat para pedagang yang menjual makanan dan perlengkapan muslim. Hal ini tentu menguntungkan dan membantu dalam menjaga kehalalan makanan yang akan masuk ke dalam tubuh. Di daerah non muslim tentu harus lebih selektif memilih makanan karena makanan halal tidak pasaran. Sebaliknya, makanan dan minuman haram mungkin bertebaran di mana-mana.
2. Miliki Sahabat Dekat Saudara Seiman
Sebagaimana petuah bijak pernah mengatakan bahwa kita adalah dengan siapa dengan berkawan. Bergaul dengan teman-teman non muslim tidak masalah asal tidak menganggu akidah dan merusak pada keyakinan pada agama. Selain, harus menjaga adab bergaul dengan non muslim, sebaiknya hanya berurusan dengan persoalan kuliah dan kerja saja. Tidak masuk dalam wilayah agama seperti berdebat hebat dan diskusi antar agama. Terlebih kalau ilmu agama Sobat masih dangkal. Bisa-bisa malah goyah.
Namun, akan lebih baik kalau Sobat berhasil menemukan seorang sahabat dekat sesama muslim. Selain sahabat dari Indonesia, mungkin ada sahabat muslim dari negara timur tengah, turki, pakistan, malaysia dan lainnya. Hal yang menjadi catatan adalah sahabat dekat tersebut adalah pribadi yang punya semangat menjalankan ajaran Islam. Selalu terdorong untuk meningkatkan diri sebagai seorang pemeluk Islam.
Bukan sahabat muslim yang perilakunya tidak mencerminkan akhlak dan akidah seorang muslim. Seperti itu bukannya memberikan inspirasi dan reminder tapi sebaliknya. Iman yang lemah bertemu dengan iman yang lemah akan semakin parah keadaannya.
3. Buat Alarm Jadwal Shalat 5 Waktu
Kalau tidak memungkinkan tinggal di lingkungan yang dekat dengan masjid, buatlah suana religius sendiri. Misalnya membuat alarm pengingat waktu shalat dengan nada azan. Dengan demikian, setiap jam shalat akan terus mendapatkan reminder shalat dengan suara azan di smartphone.
Tempelkan juga jadwal shalat di kamar sehingga setiap akan tidur dan bangun selalu melihatnya. Ini akan menjadi kebiasaan yang positif. Bagaimanapun, manusia seperti apapun merasa tinggi imannya tetaplah manusia yang punya kelemahan. Indra yang dimiliki kadang tidak dapat difungsikan secara maksimal karena dipengaruhi oleh nafsu dan masalah dunia. Cara ini memang kelihatan sepele tapi jangan takabur. Langkah yang dianggap simpel dan tidak berguna dampaknya bisa saja besar.
4. Temukan Tempat Untuk Ibadah
Jika mengikuti kuliah di universitas di luar negeri yang umumnya kurang mendukung persoalan ibadah, melakukan shalat lima waktu di kampus mungkin sedikit kelabakan. Mesjid yang jauh dari lokasi dan juga tidak ada ruangan shalat khusus. Apakah harus menyerah dan pasrah dengan keadaan yang tidak berpihak untuk menjaga ketaatan tersebut?
Kalau memungkinkan, usahakanlah mencari tempat yang sepi dan nyaman untuk melakukan shalat beberapa saat. Dalam proses kuliah tatap muka, mungkin bisa izin sebentar. Begitu juga, kalau bekerja di perusahaan atau lembaga yang mana stafnya tidak ada seorang muslim. Pasti kantor tidak didukung oleh tempat ibadah. Jadi, pandai-pandailah bagaimana membangun iklim yang mendukung.
5. Tetap Kasih Makan Rohani
Bekerja mungkin dari pagi sampai sore. Mulai matahari terbit sudah siap-siap dan sampai di rumah saat matahari terbenam. Mungkin kuliah juga kurang lebih begitu keadaan waktunya. Sama seperti perut yang lapar dan butuh dikasih makan. Rohani juga membutuhkan nutrisi, kalau tidak akan sakit. Bentuk rohani yang sakit adalah mati rasa, jauh dari hidayah dan tidak takut meninggalkan ibadah.
Berhubung tinggal di daerah yang minoritas penduduk muslim, mungkin event Islam juga sangat minim. Akan tetapi, hal tersebut bukan halangan untuk menjaga kesehatan jiwa dan memberi makan rohani. Sekarang sudah modern, semua informasi tersedia cuma-cuma secara online. Sobat dapat mengikuti tausiah dan ceramah online dari pemuka agama. Mendownload via youtube akan lebih baik sehingga akan lebih mudah menangkap dibanding suara atau membaca.
6. Ikutlah Komunitas Muslim
Selain menemukan sahabat dekat sesama muslim, lengkapi silaturahmi dengan cara bergabung dalam sebuah komunitas yang diisi oleh orang Islam. Jalinlah persahabatan melalui komunitas muslim di daerah tersebut. Kalau punya teman satu kampung atau satu negara tentu sedikit melegakan. Berbeda kalau sendirian. Riskan kalau sama sekali tidak terhubung dengan organisasi keIslaman.
Sekarang sudah banyak komunitas muslim yang go online baik nasional maupun international. Pilihlah satu atau beberapa. Kemudian temukan sahabat berbagi dan inspirasi dalam menjaga ibadah. Di banding komunitas online, komunitas offline sebaiknya diutamakan. Lebih nyata dan bisa bertatap muka. Merencanakan sebuah acara amal, ceramah, tadarus dan lainnya. Di samping itu, juga tidak ada salahnya memiliki komunitas dan acara amal untuk mengasah kepekaan sosial.
Pengaruh lingkungan kepada kepribadian seseorang tidak dapat dipungkiri. Tentu juga berlaku dalam hal keimanan. Jangan biarkan lingkungan yang kurang bersahabat melemahkan iman dan ibadah. Jangan sampai kesempatan menuntut ilmu dan bekerja di negeri non muslim malah tidak berkah karena penurunan kedekatan dengan Pemilik Kehidupan. [ HW / Fitzel ]
Menuntut Ilmu dan Bekerja Di Lingkungan Minoritas Muslim ? Lakukan 6 Hal Ini Dalam Menjaga Hari-Hari Tetap Religius
4/
5
Oleh
Editor