Selasa, 15 September 2015

“ Anakku, Biarkan Ibu dan Bapak Menghabiskan Sisa Usia Ini Di Dekatmu”

“ Anakku, Biarkan Ibu dan Bapak Menghabiskan Sisa Usia Ini Di Dekatmu”

Baca Juga

HIJABERSWORLD.COM---Pada usia senja seharusnya  seseorang bisa menikmati kehidupan yang nyaman bersama anak cucu. Hal ini menjadi kenangan yang terindah di ujung usia. Namun bagi sebagian orang tua, usia senja justru menjadi momok yang sangat menakutkan, menjadi malapetaka dan menciptakan air mata hingga menutup mata.

Kenapa demikian? Apa mereka takut akan meninggalkan dunia ini karena usia yang sudah tidak lagi muda?  Bukan, bukan itu yang mereka takutkan. Mereka takut ditinggalkan, dijauhi oleh darah daging mereka sendiri. Memang seorang anak seharusnya menjaga dan berbakti kepada kedua orangtuanya sampai akhir hayat. Begitulah Allah perintahkan. Namun, kenyataannya banyak sekali kita mendengar kisah pilu tentang anak yang menelantarkan orang tuanya.

Diungsikan ke panti jompo, inilah hal yang ditakutkan orang tua ketika mereka  lanjut usia. Akhir-akhir ini memang marak sekali anak yang menitipkan orangtua di panti jompo. Benarkah pilihan ini untuk kebaikan orang tua atau karena anak hanya memikirkan kebaikan dan keuntungan untuk dirinya saja?

Beragam alasan mengapa anak menitipkan orang tua ke panti. Ada yang bertujuan untuk menyelamatkan pernikahan. Ada yang sibuk bekerja sehingga tidak punya cukup waktu. Ada yang karena orang tua sudah tidak bisa bekerja dan sulit bergerak. Ada yang kesal karena orang tua sudah pikun. Ada yang merasa terganggu dengan orang tua yang renta. Ada yang merasa kesulitan merawat orang tua. Astagfirullah, semoga tidak pernah terbesit dalam hati dan pikiran kita alasan-alasan seperti itu ya Sob.

Orang tua yang sudah tua. Photo via Indiadaily.org


Bagaimana pun kondisi orang tua, mereka tetaplah orang tua yang telah melahirkan dan membuat kita ada seperti saat ini. Aneh tapi nyata, ada anak yang begitu mudahnya merasa terbebani dengan keberadaan orang tua yang sudah tua padahal orang tua tidak pernah merasa terbebani merawat anak sejak kandungan hingga dewasa.

Orang tua tidak pernah mengenal lelah demi anak-anaknya tapi anak memiliki seribu alasan mengirim mereka ke luar rumah. Mereka merasa lelah menjaga orang tua mereka sendiri di hari tua. Bahkan ada yang berharap orang tua segera meninggal agar tidak menyusahkan mereka. Astagfirullah.

Senakal  apa pun seorang anak di masa kecil, orang tua tidak pernah merasa terganggu. Sesibuk apa pun orang tua, bagi mereka kenyamanan anak tetap yang utama. Mereka banting tulang agar anak bisa makan. Mereka berhemat agar anak bisa sekolah dan memiliki masa depan yang baik. Namun, ketika anak dewasa, sudah punya kehidupan yang mapan dan berkeluarga, orang tua malah disingkirkan dan terpinggirkan.

Trend panti jompo memang semakin berkembang akhir-akhir ini terutama di kota-kota besar. Mungkin maksud mendirikan panti jompo adalah untuk menjawab persoalan sibuknya anak bekerja sehingga takut tidak bisa menjaga orang tuanya dengan baik. Mungkin juga untuk menampung orang tua yang hidup sebatangkara.

Jika orang tua hidup di panti jompo karena sudah tidak punya keluarga, ini adalah baik untuk dirinya daripada terlunta-lunta di luar sana. Kasih sayang perawat mungkin akan melengkapi hidup mereka.
Lain halnya, kalau anak masih hidup semua tapi orang tua sengaja dikirim ke panti. Baik anak pertama, kedua dan lainnya tidak satu pun yang sudi memelihara orang tua. Sungguh, Tuhan Yang Maha Kuasa menyaksikan hal ini.

Panti jompo yang dikelola baik oleh pemerintah maupun pihak swasta memang menjanjikan perhatian dan pelayanan yang intens dari para perawatnya sehingga anak merasa aman menitipkan orang tuanya di panti jompo.

Apa pun tujuannya, ketahuilah, mungkin orang tua akan merasa aman, semua kebutuhannya terpenuhi dan tinggal memanggil perawat jika membutuhkan apa-apa di panti. Namun, apakah kebutuhan batin mereka terpenuhi? Perawatan intensif dan profesional dari pihak panti jompo tetap tidak dapat menggantikan sepenuhnya kasih sayang, cinta, perhatian yang semestinya diberikan oleh anak-anak dan cucu-cucu. Ini adalah kebenarannya.

Melihat anak-anak dan cucunya tumbuh serta berkembang dengan baik adalah mimpi indah yang diidam-idamkan orang tua kita di saat mereka lanjut usia. Mereka ingin menghabiskan sisa waktu mereka dengan melihat kebahagiaan anak serta bermain dengan cucu-cucu mereka.

Bukan balas budi yang mereka inginkan.
Bukan kemewahan hidup yang mereka butuhkan.
Dibalas dengan gunung emas pun tidak akan mampu membayar jasa mereka.
Jika kita tidak mampu membalas jasa mereka lalu apakah kita tidak bisa berusaha memberikan kasih sayang kepada mereka?

Orang tua mengorbankan harta, tenaga dan jiwa mereka demi anak lalu anak mengucilkan dan mengasingkannya di hari tua. Sungguh, tidak ada hal lain yang dibutuhkan oleh orang tua dari anaknya selain kasih sayang.

Sebagian orang memang terkadang memiliki niat baik. Mereka berpikir, mengantarkan orang tua ke panti jompo maka kebutuhan mereka akan terpenuhi, mereka akan dijaga dengan baik oleh perawat-perawat di sana. Sedangkah kalau dirumah kita takut tidak bisa mengontrol mereka secara maksimal karena sibuk merawat anak, suami bahkan pekerjaan.

Namun yang orang tua kita butuhkan adalah perhatian dan kedekatan dengan buah hatinya, bukan fasilitas yang lengkap. Orang tua membutuhkan rasa diterima, dihargai keberadaannya meski mereka sudah tidak  bisa melakukan apa-apa. Bayangkan bagaimana perasaan mereka saat di antar ke panti jompo. Merasa dibuang, kecewa dan tidak dianggap lagi kehadirannya.

Meski terkadang mereka mau atau malah pergi atas keinginan sendiri, jauh dilubuk hati mereka sangat bersedih. Namun, demi kebahagiaan dan keutuhan rumah tangga anaknya, mereka harus rela menahan hati dan memilih pergi ke panti.

Mereka takut kondisi tuanya akan membuat anak susah. Mereka yang sudah mulai lemah dan pikun berpikir mungkin akan merepotkan anak-anaknya. Mereka memilih pergi meski sesungguhnya hati tidak ingin.

Mulut mereka bungkam. Tenggorokan mereka tercekat. Air mata mereka jatuh ke dalam. Mereka membuang jauh harapan dalam hatinya. Lagi, lagi karena ingin berkorban untuk anak. Sejak dalam kandungan hingga menjelang ajal datang pun, mereka masih merelakan diri untuk hal yang membuat anaknya bahagia dan nyaman.

Meski diri mereka “dibuang” dan “dijauhkan" dari rumah. Meski mereka dipisahkan dengan orang yang dicintainya. Meski mereka harus memendam kerinduan dan kebersamaan dengan keluarga sampai akhir menutup mata.  Andai saja “tidak masih memikirkan kebahagiaan anaknya”, orang tua akan berkata “anakkku, biarkan ibu dan bapak menghabiskan sisa usia ini di dekatmu”.
______________________________
DI SAAT AKU TUA* 

Di saat aku tua, maklumilah diriku, bersabarlah dalam menghadapiku...
Di saat aku menumpahkan kuah sayuran di bajuku dan lupa mengancing bajuku, ingatlah saat-saat bagaimana aku mengajarimu dan membimbingmu untuk melakukannya....

Di saat aku dengan pikunnya mengulang-ulang kembali apa yang aku ucapkan dan membuatmu 
bosan, bersabarlah dalam mendengarkan aku, jangan potong ucapanku, tetaplah tersenyum....
....seperti aku tersenyum saat kau ingin aku mengulang-ulang cerita penghantar tidurmu...

Di saat aku bingung menghadapi hal-hal baru dan teknologi,
janganlah menertawai aku, ajari aku dengan kasih .......
seperti aku menjawab semua "mengapa" yang pernah kau tanyakan kepadaku...

Di saat kakiku terlalu lemah untuk berjalan, ulurkanlah tanganmu yang muda dan kuat untuk memapahku...
....seperti aku bimbing engkau saat belajar melangkah dulu....

Di saat aku melupakan topik obrolan kita, berilah sedikit waktu padaku untuk mengingatnya,
Sebenarnya, topik pembicaraan bukanlah hal yang penting bagiku...asalkan engkau berada di sisiku untuk mendengarkanku..... aku sudah cukup bahagia.

Di saat aku merasa sakit dan mengharap sedikit perhatianmu, tolong jangan salahkan aku jika aku menyita waktu dan tenagamu....
....seperti aku tak pernah lelah menjagamu saat kau lemah di dalam kelambu itu....

Di saat engkau melihat diriku menua, janganlah bersedih, maklumilah diriku, dukunglah aku...
...bagaikan aku terhadapmu di saat engkau mulai belajar tentang kehidupan...

Di saat kau merindukan aku, kunjungilah aku,
Aku tak akan meminta lebih dari sekedar memegang tangan lembut dan kuatmu, mendengar 
cerita tentang hari-harimu yang indah....yang sampai detik ini pun aku masih ingin tahu...

Dulu aku menuntunmu menapaki jalan kehidupan ini, kini temanilah aku hingga akhir jalan hidupku...
Berilah aku cinta kasih dan kesabaranmu...aku akan menerimanya dengan penuh syukur...
Di dalam senyumku ini.... tertanam kasihku yang tak terhingga....hanya untukmu...

Satu pesan yang pasti akan jadi nyata...bahwa kelak suatu hari nanti, ucapan ini akan datang.... 
terucap dengan jelas, dari mulutmu sendiri....
__________________________________

Sahabatku, “kasih sayang orang tua sepanjang jalan tetapi kasih sayang anak hanya sepanjang galah,” begitulah pepatah menggambarkan perbandingan kasih sayang orang tua kepada anak dan kasih sayang seorang anak kepada orang tua. Kasih sayang orang tua tidak pernah berhenti dan tidak terbatas tetapi kasih sayang anak kadang sangat terbatas bahkan tidak ada sama sekali.

Sekarang orang tua  sudah renta, semakin lemah dan tidak berdaya. Kemudian anak mengirimnya ke luar rumah untuk dijaga orang lain. Sementara dulu, orang tua berusaha mencarikan dan membangun rumah agar anak bisa tinggal nyaman bersamanya.

Sejatinya, kita yang saat ini masih muda dan sehat bugar, akan tiba masanya juga menua.
Sikap kita terhadap orang tua saat ini merupakan cerminan sikap anak terhadap kita ketika tua nanti.
Coba rasakan kalau suatu saat kita yang sudah tua dikirim oleh anak kita sendiri ke panti dengan berbagai alasan di atas.Bagaimana kira-kira rasanya? Sangat sedih dan merasa tidak berharga bukan?

Percayalah, kelak setelah mereka sudah tiada, kita pasti akan menyesalinya. Tak hanya itu, kita akan mengalami kerugian yang besar telah melewatkan kesempatan berharga untuk berbakti dengan orang tua. Merawat orang tua di usia senja adalah salah satu pintu untuk masuk surga.

Sungguh rugi. Sungguh rugi. Sungguh rugi,orang yang menjumpai kedua orang tuanya yang sudah tua atau salah seorang dari mereka, tapi hal itu tidak dapat memasukkannya ke Surga!.
( H.R.Muslim)

Di luar sana, tak sedikit anak yang merindukan orang tua karena mereka tidak pernah bertemu dengan orang tuanya. Mereka menangis tersedu-sedu karena ingin berjumpa dengan orang tua yang sudah tiada dan tidak tahu rimbanya. Beruntunglah Sahabat yang saat ini kedua orang tuanya masih hidup. Pintu surga itu masih ada jika kita mau membukanya melalui orang tua kita.

Berbahagialah Sahabat yang telah berlapang dada merawat dan mengabdikan diri untuk orang tua di masa tuanya. SurgaNya menanti kedatangan Sahabat. Semoga kita termasuk anak yang mengenang jasa-jasa orang tua baik ketika masih ada maupun ketika mereka sudah di alam kubur. Amin Ya Rabb.

Sahabatku, mari menyegerakan niat baik kita untuk orang tua. Jangan pernah menunda dan menggantungkan sesuatu untuk orang tua misal menunggu kita sukses dulu, menunggu lebaran, nunggu tamat kuliah dan sebagainya. Ingatlah, waktu yang singkat bisa saja merubah semuanya. Tidak ada jaminan hari esok mereka masih membuka mata, begitu juga dengan kita. Jadi, apakah kita akan terus menunda untuk mereka?


Penulis : Yefra Desfita Ningsih/ Fitzel

Related Posts

“ Anakku, Biarkan Ibu dan Bapak Menghabiskan Sisa Usia Ini Di Dekatmu”
4/ 5
Oleh