Baca Juga
HIJABERSWOLRD.COM---Pernahkah Sobat mendengar kisah tentang Tsa’labah? Kisah Tsa’labah merupakan salah satu kisah yang cukup populer dalam Islam. Meskipun terdapat sebagian pertentangan akan keshahihan kisah Tsa’labah ini, namun kisah Tsa’labah tetap patut kita ketahui dan mengambil pelajaran darinya. Siapa Tsa’labah?Apa yang bisa kita pelajari dari kisah ini?
Kisah Tsa’labah si Pemuda Miskin yang Lupa Diri
Adalah dahulu kala pada zaman Rasulullah hidup seorang pemuda miskin bernama Tsa’labah. Tsa’labah sangat dan amat teramat miskin. Saking miskinnya, Tsa’labah bahkan hanya mempunyai sepasang baju layak untuk dipakai sehingga harus dipakai bergantian dengan istrinya. Meskipun demikian, Tsa’labah merupakan pemuda yang taat beribadah. Tsa’labah selalu menjalankan ibadah shalat berjamaaah.
Kemiskinan yang diderita Tsa’labah selama bertahun-tahun membuat Tsa’labah mulai lelah. Pada suatu kesempatan, Tsa’labah meminta pada Rasulullah untuk didoakan. Tsa’labah minta didoakan kelimpahan harta dari Allah SWT agar hidupnya tidak lagi dalam kemiskinan.
“Jika aku punya rezeki yang cukup aku bisa membeli pakaian hingga tidak harus terburu-buru pulang lagi untuk berganti dengan istriku, agar aku bisa lebih khusuk beribadah” begitu kata Tsa’labah.
Rasulullah lalu menjawab,
"WahaiTsa'labah!Pemberian yang sedikit namun disyukuri, jauh lebih baik daripada harta yang banyak namun tak disyukuri.Apakah engkau tidak rela menjadi seperti Nabi Allah? Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, Seandainya aku mau gunung-gunung ini menjadi emas dan menjadi milikku, pasti terjadi."
Rasulullah mencoba menasihati Tsa’labah untuk menerima apa yang telah Allah berikan dan mensyukurinya. Namun Tsa’labah tetap mendesak agar Rasulullah mau mendoakan kelimpahan rezeki untuknya. Tsa’labah malah berjanji jika dia punya harta yang banyak dia akan tetap bersyukur. Dia bahkan berjanji untuk mengeluarkan hartanya untuk bersedekah. Rasulullah pun akhirnya mengabulkan permohonan Tsa’labah dengan mendoakannya.
Doa Rasulullah pun dikabulkan, Allah mulai memberikan rezeki pada Tsa’labah. Tsa’labah mulai memberi ternak seekor domba. Semakin hari domba Tsa’labah semakin berkembang dan menjadi banyak. Tsa’labah telah menjadi peternak yang sukses. Sayangnya, Tsa’labah semakin sibuk mengurus ternaknya hingga mulai jarang shalat berjamaah. Semakin banyak hartanya, jangankan shalat berjama’ah, sholat 5 waktu saja sudah mulai ditinggalkannya.
Apakah Tsa’labah ingat janjinya untuk menafkahkan sebagian rezekinya untuk bersedekah? Tidak. Tsa’labah malah berubah menjadi orang yang kikir. Dia lupa bahwa harta yang dimilikinya merupakan pemberian dari Allah. Puncaknya, pada suatu hari Rasulullah mengutus dua orang sahabatnya untuk meminta zakat pada Tsa’labah. Bagaimanakahh reaksi Tsa’labah?
Dengan angkuh dan sombongnya, Tsa’labah malah menjawab “Zakat ? tetapi menurutku ini lebih tepat disebut upeti!.”
Utusan Rasulullah pun kembali dan memberi tahu sikap Tsa’labah pada Beliau sehingga Beliau menjadi kecewa dan marah. “Celakalah Tsa'labah!" Ucap Rasulullah waktu itu. Pada saat itu turunlah wahtu Allah yaitu surat At-Taubah ayat 75-78.
“Dan diantara mereka ada yang telah berikrar kepada Allah,"Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh". Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta. Tidaklah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka dan bahwasanya Allah amat mengetahui yang ghaib?"
Mendengar kabar turunnya ayat Allah yang mengecam sikapnya, Tsa’labah mulai gentar. Tsa’labah menemui Rasulullah untuk membayarkan zakat namun Rasulullah menolaknya. Rasulullah tidak menerima zakat dari orang kufur nikmat dan pelit seperti Tsa’labah. Hingga Tsa’labah wafatpun Rasullah tidak menerima zakat Tsa’labah bahkan khalifah-khalifah sesudah Rasulullahpun tidak menerima zakat dari Tsa’labah. Tsa’labah tidak membayar zakat hingga akhir hayatnya.
3 Pelajaran Penting Dari Kisah Tsa’labah
Pertama, harta adalah salah satu ujian berat dalam hidup
Anggapan umum yang sering kita temui dan dengar, kemiskinan atau tidak mempunyai harta yang banyak adalah ujian besar dalam hidup. Ya, benar. Namun bukan berarti banyaknya harta bukan ujian.
Harta yang banyak justru mempunyai pertanggung jawaban yang besar di akhirat. Banyak harta juga merupakan ujian yang berbahaya di dalam hidup. Kita bisa lupa bersyukur. Kita bisa saja menggunakan harta tidak sesuai jalan Allah. Kita bisa saja lupa untuk mengeluarkan zakat dan sedekah dari harta tersebut. Semua itu ujian. Sedikit atau banyaknya harta adalah ujian. Jadi berhati-hatilah dengan harta.
“Sesungguhnya setiap umat itu akan dihadapkan dengan ujian (yang terbesar). Dan termasuk ujian yang terbesar yang menimpa umatku adalah harta.” (HR. At-Tirmidzi dari ‘Iyadh bin Himar radhiyallahu ‘anhu)
Kedua, harta datang dari Allah, jangan lupa bersyukur
Allah memberi kita ujian harta dan melihatnya dari bagaimana cara kita bersyukur. Ada yang lulus dalam ujian tersebut, namun ada pula yang tidak lulus.
“Sungguh Kami telah menunjukkan kepadanya jalan yang lurus, ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur.” (QS Al-Insan: 3).
Kembali pada kisah Tsa’labah. Lihatlah, sewaktu dia miskin serba kekurangan, dia rajin beribadah. Apa yang telah terjadi saat hartanya mulai berlimpah. Tsa’labah lengah, terlalu sibuk dengan harta dunia hingga ibadah sudah menjadi nomor dua. Semakin kaya malah semakin lupa. Hingga lupa dari siapa harta itu datangnya.
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)” (QS. An Nahl: 53)
Masih adakah orang seperti Tsa’labah saat ini?
Tentu ada, hingga tidak terhitung jumlahnya. Harta menjadi hal yang utama. Bekerja mati-matian demi mengejar materi hingga terkadang cara yang salah pun dihalalkan demi mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Seolah-olah hartalah sumber paling utama hingga bersyukurpun tidak lagi sempat.
“Ingatlah kepada-Ku, Aku juga akan ingat kepada kalian. Dan bersyukurlah kepada-Ku, janganlah kalian kufur” (QS. Al Baqarah: 152)
Ketiga, bersedekah sebagai wujud syukur
Apa wujud syukur? Selain diucapkan dengan lidah dan dipatrikan didalam hati bahwa kita selalu bersyukur dengan apa yang diberikan Allah, wujud syukur harusnya juga direalisasikan di dalam perbuatan. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan membayar zakat, rajin bersedekah, menggunakan harta di jalan Allah.
“Jika ujian harta bisa membuatku jauh padaMu, maka tak mengapa Engkau tidak memberiku harta yang banyak Tuhan” []
Penulis : Yefra Desfita Ningsih
Kisah Tsa’labah si Pemuda Miskin yang Lupa Diri
Adalah dahulu kala pada zaman Rasulullah hidup seorang pemuda miskin bernama Tsa’labah. Tsa’labah sangat dan amat teramat miskin. Saking miskinnya, Tsa’labah bahkan hanya mempunyai sepasang baju layak untuk dipakai sehingga harus dipakai bergantian dengan istrinya. Meskipun demikian, Tsa’labah merupakan pemuda yang taat beribadah. Tsa’labah selalu menjalankan ibadah shalat berjamaaah.
Berdoa meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa. Foto via muslimvillage
Kemiskinan yang diderita Tsa’labah selama bertahun-tahun membuat Tsa’labah mulai lelah. Pada suatu kesempatan, Tsa’labah meminta pada Rasulullah untuk didoakan. Tsa’labah minta didoakan kelimpahan harta dari Allah SWT agar hidupnya tidak lagi dalam kemiskinan.
“Jika aku punya rezeki yang cukup aku bisa membeli pakaian hingga tidak harus terburu-buru pulang lagi untuk berganti dengan istriku, agar aku bisa lebih khusuk beribadah” begitu kata Tsa’labah.
Rasulullah lalu menjawab,
"WahaiTsa'labah!Pemberian yang sedikit namun disyukuri, jauh lebih baik daripada harta yang banyak namun tak disyukuri.Apakah engkau tidak rela menjadi seperti Nabi Allah? Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, Seandainya aku mau gunung-gunung ini menjadi emas dan menjadi milikku, pasti terjadi."
Rasulullah mencoba menasihati Tsa’labah untuk menerima apa yang telah Allah berikan dan mensyukurinya. Namun Tsa’labah tetap mendesak agar Rasulullah mau mendoakan kelimpahan rezeki untuknya. Tsa’labah malah berjanji jika dia punya harta yang banyak dia akan tetap bersyukur. Dia bahkan berjanji untuk mengeluarkan hartanya untuk bersedekah. Rasulullah pun akhirnya mengabulkan permohonan Tsa’labah dengan mendoakannya.
Doa Rasulullah pun dikabulkan, Allah mulai memberikan rezeki pada Tsa’labah. Tsa’labah mulai memberi ternak seekor domba. Semakin hari domba Tsa’labah semakin berkembang dan menjadi banyak. Tsa’labah telah menjadi peternak yang sukses. Sayangnya, Tsa’labah semakin sibuk mengurus ternaknya hingga mulai jarang shalat berjamaah. Semakin banyak hartanya, jangankan shalat berjama’ah, sholat 5 waktu saja sudah mulai ditinggalkannya.
Apakah Tsa’labah ingat janjinya untuk menafkahkan sebagian rezekinya untuk bersedekah? Tidak. Tsa’labah malah berubah menjadi orang yang kikir. Dia lupa bahwa harta yang dimilikinya merupakan pemberian dari Allah. Puncaknya, pada suatu hari Rasulullah mengutus dua orang sahabatnya untuk meminta zakat pada Tsa’labah. Bagaimanakahh reaksi Tsa’labah?
Dengan angkuh dan sombongnya, Tsa’labah malah menjawab “Zakat ? tetapi menurutku ini lebih tepat disebut upeti!.”
Utusan Rasulullah pun kembali dan memberi tahu sikap Tsa’labah pada Beliau sehingga Beliau menjadi kecewa dan marah. “Celakalah Tsa'labah!" Ucap Rasulullah waktu itu. Pada saat itu turunlah wahtu Allah yaitu surat At-Taubah ayat 75-78.
“Dan diantara mereka ada yang telah berikrar kepada Allah,"Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh". Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta. Tidaklah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka dan bahwasanya Allah amat mengetahui yang ghaib?"
Mendengar kabar turunnya ayat Allah yang mengecam sikapnya, Tsa’labah mulai gentar. Tsa’labah menemui Rasulullah untuk membayarkan zakat namun Rasulullah menolaknya. Rasulullah tidak menerima zakat dari orang kufur nikmat dan pelit seperti Tsa’labah. Hingga Tsa’labah wafatpun Rasullah tidak menerima zakat Tsa’labah bahkan khalifah-khalifah sesudah Rasulullahpun tidak menerima zakat dari Tsa’labah. Tsa’labah tidak membayar zakat hingga akhir hayatnya.
3 Pelajaran Penting Dari Kisah Tsa’labah
Pertama, harta adalah salah satu ujian berat dalam hidup
Anggapan umum yang sering kita temui dan dengar, kemiskinan atau tidak mempunyai harta yang banyak adalah ujian besar dalam hidup. Ya, benar. Namun bukan berarti banyaknya harta bukan ujian.
Harta yang banyak justru mempunyai pertanggung jawaban yang besar di akhirat. Banyak harta juga merupakan ujian yang berbahaya di dalam hidup. Kita bisa lupa bersyukur. Kita bisa saja menggunakan harta tidak sesuai jalan Allah. Kita bisa saja lupa untuk mengeluarkan zakat dan sedekah dari harta tersebut. Semua itu ujian. Sedikit atau banyaknya harta adalah ujian. Jadi berhati-hatilah dengan harta.
“Sesungguhnya setiap umat itu akan dihadapkan dengan ujian (yang terbesar). Dan termasuk ujian yang terbesar yang menimpa umatku adalah harta.” (HR. At-Tirmidzi dari ‘Iyadh bin Himar radhiyallahu ‘anhu)
Kedua, harta datang dari Allah, jangan lupa bersyukur
Allah memberi kita ujian harta dan melihatnya dari bagaimana cara kita bersyukur. Ada yang lulus dalam ujian tersebut, namun ada pula yang tidak lulus.
“Sungguh Kami telah menunjukkan kepadanya jalan yang lurus, ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur.” (QS Al-Insan: 3).
Kembali pada kisah Tsa’labah. Lihatlah, sewaktu dia miskin serba kekurangan, dia rajin beribadah. Apa yang telah terjadi saat hartanya mulai berlimpah. Tsa’labah lengah, terlalu sibuk dengan harta dunia hingga ibadah sudah menjadi nomor dua. Semakin kaya malah semakin lupa. Hingga lupa dari siapa harta itu datangnya.
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)” (QS. An Nahl: 53)
Masih adakah orang seperti Tsa’labah saat ini?
Tentu ada, hingga tidak terhitung jumlahnya. Harta menjadi hal yang utama. Bekerja mati-matian demi mengejar materi hingga terkadang cara yang salah pun dihalalkan demi mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Seolah-olah hartalah sumber paling utama hingga bersyukurpun tidak lagi sempat.
“Ingatlah kepada-Ku, Aku juga akan ingat kepada kalian. Dan bersyukurlah kepada-Ku, janganlah kalian kufur” (QS. Al Baqarah: 152)
Ketiga, bersedekah sebagai wujud syukur
Apa wujud syukur? Selain diucapkan dengan lidah dan dipatrikan didalam hati bahwa kita selalu bersyukur dengan apa yang diberikan Allah, wujud syukur harusnya juga direalisasikan di dalam perbuatan. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan membayar zakat, rajin bersedekah, menggunakan harta di jalan Allah.
“Jika ujian harta bisa membuatku jauh padaMu, maka tak mengapa Engkau tidak memberiku harta yang banyak Tuhan” []
Penulis : Yefra Desfita Ningsih
Merasa Paling Miskin dan Sedang Berjuang Menjadi Kaya?Wajib Baca dan Renungkan Ini Dulu!
4/
5
Oleh
Editor