Baca Juga
HIJABERSWORLD.COM----Puluhan warga Yogyakarta dan sekitarnya berkumpul di lapangan Manasik Haji Parangkusumo tadi malam (12/08/15) dari pukul 22.00 WIB hingga pagi (13/08/15) pukul 04.30 WIB. Parangkusumo tidak jauh dari Pantai Parangtritis dan Pantai Depok. Kegiatan ini dalam rangka Perseids Meteor Show yang diselenggarakan oleh Kafe Astronomi dan Klub Penjelajah Langit Yogyakarta.
Hujan meteor merupakan salah satu fenomena alam yang hampir terjadi setiap tahun. Pada tahun 2015 ini, NASA telah mendeteksi hujan meteor perseids terjadi dalam beberapa waktu yang di mulai dari bulan Juli-Agustus. Hanya saja jumlah meteor yang menghujani bumi pada bulan Juli lebih sedikit. Pada bulan Agustus, jumlah meteor yang jatuh semakin bertambah. Puncak hujan meteor perseids jatuh pada tanggal 13 Agustus 2015 dan warga bisa melihat dengan jelas tanpa menggunakan alat.
Untuk bisa melihat hujan meteor dengan lebih jelas, lokasi pemantau dan keadaan cuaca sangat berpengaruh. Parangkusumo dipilih karena termasuk salah satu lokasi yang situasi dan kondisinya lebih mendukung untuk pengamatan tersebut. Selain itu, jaraknya sekitar 30 km dan waktu tempuh sekitar 60 menit dari Kota Yogyakarta sehingga bisa dijangkau oleh warga yang ingin menyaksikan.
" Lokasi ini dipilih karena dinilai mendukung untuk pengamatan dengan mata telanjang. Sedikit jauh dari jalan raya dan minim cahaya lampu. Sebenarnya, ini masih kurang gelap. Kalau lebih gelap dari ini lokasinya jauh lebih bagus. Tapi ini lokasi yang terjangkau di sekitar Yogyakarta,” jelas Raka Krisna, salah satu leader di Kafe Astronomi dan Klub Penjelajah Langit.
Hujan meteor perseids ini bisa diamati di berbagai wilayah di Indonesia. Masyarakat bisa melakukan pengamatan sendiri maupun berkelompok. Kafe Astronomi digagas sekitar 6 tahun lalu oleh Eko Hadi Gunawan, Mahasiswa Magister UGM. Sementara, Klub Penjaga Langit juga dibangun oleh Eko beserta kawan-kawan sejak 2 tahun terakhir. Undangan untuk mengamati hujan meteor perseids merupakan bagian dari visi Kafe Astronomi dan Klub Penjelajah Langit yaitu mengenalkan astronomi kepada masyarakat Yogyakarta.
Mereka sudah beberapa kali melakukan pengamatan baik hujan meteor, gerhana, rasi bintang, hilal dan sebagainya. Namun, semalam dan tadi pagi jumlah warga yang menghadiri lebih banyak dari hari biasanya. Warga yang datang berasal dari berbagai latar belakang pekerjaan, usia, pendidikan dan tempat tinggal. “Tidak ada batasan, mau mulai dari yang kecil hingga yang tua. Sudah sering dilakukan pengamatan tapi ini kali kedua terbanyak. Biasanya hanya 20 atau 30 orang saja,” imbuh Raka.
Panitia sepertinya senang dengan peningkatan jumlah masyarakat yang berkeinginan mengamati benda langit. Mereka melakukan briefing, membagikan materi, snack dan juga menyediakan ambulance untuk antisipasi. Warga yang hadir dibagi panitia ke dalam beberapa kelompok dan dibimbing oleh seorang leader dari Kafe Astronomi dan Klub Penjelajah Langit. Dalam kesempatan tersebut, juga hadir beberapa orang yang pernah mengikuti Olimpiade International untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang astronomi.
Sebagaimana diketahui, meteor merupakan material atau puing komet yang terlempar ke dalam orbit Bumi. Gravitasi bumi mendorong material tersebut masuk ke atmosfer sehingga terbakar dan menimbulkan cahaya. Meteor perseids berasal dari Komet Swift Tuttle. Diperkirakan pada hari puncak hujan, meteor yang jatuh berkisar antara 60- 100 meteor perjam.
Warga tampak sangat antusias. Mereka membawa tikar, koran, kain, makanan dan minuman agar lebih nyaman dalam mengamati hujan meteor. Bahkan ada yang tidur langsung di atas pasir. Selain duduk, sebagian lain mengamati dengan posisi badan menelentang. Mereka tampak fokus menatap langit.
“ Wow, keren,” ucap mereka serentak dan bersorak ketika meteor berjatuhan.
“ Kalau yang barusan itu jenis fireball," panitia berkali-kali memberitahukan jenis meteor yang jatuh.
“Senang dengan acaranya. Banyak manfaat seperti mengenal rasi, gugus bintang dan pengetahuan tentang benda langit. Lebih dekat dengan alam. Juga dapat banyak teman. Pokoknya senang, bisa lihat fenomena ini secara langsung,” Faizah, salah satu yang menghadiri acara menyampaikan kesannya.
“ Berkesan sekali bisa melihat gugusan bintang dengan binokuler. Sangat indah,” pengunjung lain yang enggan menyebutkan namanya juga ikut berkomentar.
Benda-benda dan kejadian di langit tidak hanya membuat penasaran dan menarik perhatian. Fenomena dan keindahan yang terjadi merupakan salah satu tanda-tanda kebesaranNya.
Tertarik untuk mengamati?
Sobat bisa baca informasi terbaru dari Kafe Astronomi dan Klub Penjelajah Langit tentang fenomena alam yang akan terjadi dan acara pengamatannya. Sobat juga bisa mendapatkan informasi dari sumber lainnya. Menggali hikmah dari fenomena alam baik di langit maupun di bumi tidak hanya menambah pengetahuan tapi juga keimanan lho Sob.[](Hijabers World/Fitzel)
Penampakan Meteor Perseids. Photo : Stellarium/Kafe Astronomi
Hujan meteor merupakan salah satu fenomena alam yang hampir terjadi setiap tahun. Pada tahun 2015 ini, NASA telah mendeteksi hujan meteor perseids terjadi dalam beberapa waktu yang di mulai dari bulan Juli-Agustus. Hanya saja jumlah meteor yang menghujani bumi pada bulan Juli lebih sedikit. Pada bulan Agustus, jumlah meteor yang jatuh semakin bertambah. Puncak hujan meteor perseids jatuh pada tanggal 13 Agustus 2015 dan warga bisa melihat dengan jelas tanpa menggunakan alat.
Untuk bisa melihat hujan meteor dengan lebih jelas, lokasi pemantau dan keadaan cuaca sangat berpengaruh. Parangkusumo dipilih karena termasuk salah satu lokasi yang situasi dan kondisinya lebih mendukung untuk pengamatan tersebut. Selain itu, jaraknya sekitar 30 km dan waktu tempuh sekitar 60 menit dari Kota Yogyakarta sehingga bisa dijangkau oleh warga yang ingin menyaksikan.
" Lokasi ini dipilih karena dinilai mendukung untuk pengamatan dengan mata telanjang. Sedikit jauh dari jalan raya dan minim cahaya lampu. Sebenarnya, ini masih kurang gelap. Kalau lebih gelap dari ini lokasinya jauh lebih bagus. Tapi ini lokasi yang terjangkau di sekitar Yogyakarta,” jelas Raka Krisna, salah satu leader di Kafe Astronomi dan Klub Penjelajah Langit.
Hujan meteor perseids ini bisa diamati di berbagai wilayah di Indonesia. Masyarakat bisa melakukan pengamatan sendiri maupun berkelompok. Kafe Astronomi digagas sekitar 6 tahun lalu oleh Eko Hadi Gunawan, Mahasiswa Magister UGM. Sementara, Klub Penjaga Langit juga dibangun oleh Eko beserta kawan-kawan sejak 2 tahun terakhir. Undangan untuk mengamati hujan meteor perseids merupakan bagian dari visi Kafe Astronomi dan Klub Penjelajah Langit yaitu mengenalkan astronomi kepada masyarakat Yogyakarta.
Mereka sudah beberapa kali melakukan pengamatan baik hujan meteor, gerhana, rasi bintang, hilal dan sebagainya. Namun, semalam dan tadi pagi jumlah warga yang menghadiri lebih banyak dari hari biasanya. Warga yang datang berasal dari berbagai latar belakang pekerjaan, usia, pendidikan dan tempat tinggal. “Tidak ada batasan, mau mulai dari yang kecil hingga yang tua. Sudah sering dilakukan pengamatan tapi ini kali kedua terbanyak. Biasanya hanya 20 atau 30 orang saja,” imbuh Raka.
Panitia sepertinya senang dengan peningkatan jumlah masyarakat yang berkeinginan mengamati benda langit. Mereka melakukan briefing, membagikan materi, snack dan juga menyediakan ambulance untuk antisipasi. Warga yang hadir dibagi panitia ke dalam beberapa kelompok dan dibimbing oleh seorang leader dari Kafe Astronomi dan Klub Penjelajah Langit. Dalam kesempatan tersebut, juga hadir beberapa orang yang pernah mengikuti Olimpiade International untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang astronomi.
Sebagaimana diketahui, meteor merupakan material atau puing komet yang terlempar ke dalam orbit Bumi. Gravitasi bumi mendorong material tersebut masuk ke atmosfer sehingga terbakar dan menimbulkan cahaya. Meteor perseids berasal dari Komet Swift Tuttle. Diperkirakan pada hari puncak hujan, meteor yang jatuh berkisar antara 60- 100 meteor perjam.
Warga tampak sangat antusias. Mereka membawa tikar, koran, kain, makanan dan minuman agar lebih nyaman dalam mengamati hujan meteor. Bahkan ada yang tidur langsung di atas pasir. Selain duduk, sebagian lain mengamati dengan posisi badan menelentang. Mereka tampak fokus menatap langit.
“ Wow, keren,” ucap mereka serentak dan bersorak ketika meteor berjatuhan.
“ Kalau yang barusan itu jenis fireball," panitia berkali-kali memberitahukan jenis meteor yang jatuh.
“Senang dengan acaranya. Banyak manfaat seperti mengenal rasi, gugus bintang dan pengetahuan tentang benda langit. Lebih dekat dengan alam. Juga dapat banyak teman. Pokoknya senang, bisa lihat fenomena ini secara langsung,” Faizah, salah satu yang menghadiri acara menyampaikan kesannya.
“ Berkesan sekali bisa melihat gugusan bintang dengan binokuler. Sangat indah,” pengunjung lain yang enggan menyebutkan namanya juga ikut berkomentar.
Benda-benda dan kejadian di langit tidak hanya membuat penasaran dan menarik perhatian. Fenomena dan keindahan yang terjadi merupakan salah satu tanda-tanda kebesaranNya.
Tertarik untuk mengamati?
Sobat bisa baca informasi terbaru dari Kafe Astronomi dan Klub Penjelajah Langit tentang fenomena alam yang akan terjadi dan acara pengamatannya. Sobat juga bisa mendapatkan informasi dari sumber lainnya. Menggali hikmah dari fenomena alam baik di langit maupun di bumi tidak hanya menambah pengetahuan tapi juga keimanan lho Sob.[](Hijabers World/Fitzel)
Puncak Hujan Meteor Perseids, Kafe Astronomi dan Warga Yogyakarta Ramaikan Parangkusumo
4/
5
Oleh
Editor